JAKARTA, iNewsKutai.id - Konflik bersenjata di Aceh menyisakan banyak cerita heroik. Salah satunya kisah Letnan Jenderal Purnawirawan Sutiyoso yang saat itu menjabat Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) nekat masuk sarang Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Kenekatannya itu tidak lepas dari keinginannya segera menghentikan konflik dengan kelompok Din Minimi. Dikawal dua anak buahnya, Bang Yos-sapaannya masuk hutan mencari markas mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Nurdin Ismail alias Din Minimi di Aceh.
"Din Minimi, kelompok GAM yang masih ada jumlahnya 120 orang. Nama aslinya Nurdin, sedangkan minimi itu sebutan senjata tangguh. Sudah 4 tahun lebih dia diburu aparat," kenangnya dikutip dari kanal YouTube Refly Harun, Minggu (16/10/2022).
Sekadar diketahui, Din Minimi menjadi salah satu pentolan GAM yang tidak puas dengan penandatanganan kesepakatan Helsinki di Finlandia pada 15 Agustus 2005. Dia kemudian masuk hutan dan mengobarkan perlawanan kepada aparat keamanan.
Sepak terjangnya sangat meresahkan masyarakat dan aparat. Tidak sedikit masyarakat maupun anggota TNI/Polri yang menjadi korban keganasan kelompok ini. Tak ingin banyak korban jiwa berjatuhan di kedua belah pihak membuat pria yang akrab disapa Bang Yos itu terpanggil.
Meski saat itu usianya tidak lagi muda, tidak menyurutkan niat jenderal jebolan Kopassus itu untuk mencari sosok yang dikenalnya tersebut. Bersama dua bawahannya, Kapten Desna dan Sersan Wayan, Bang Yos kemudian masuk hutan Aceh mencari markas Din Minimi.
Benar saja, mereka akhirnya menemukan markas Din Minimi di lokasi yang sulit dijangkau di tengah hutan. Bang Yos tiba jelang malam dan langsung disambut dengan bidikan senjata Din Minimi.
Tidak sendirian, ada ratusan pengikutnya turut menodongkan senjata api dan langsung mengepung ketiganya. Bukannya gentar, mantan Gubernur DKI Jakarta itu justru semakin berani. Naluri intelijennya mengatakan jika situasi tersebut bisa dikendalikan.
"Bagaimana rasanya dikepung 120 orang bersenjata lengkap di tempat Din Minimi. bisa saja dibantai atau disandera tetapi kan latar belakang intelijen saya memiliki keyakinan gitu,” ucapnya.
Dengan bekal pistol dan dua pengawalnya membawa AK-47 dengan cadangan magazine, situasi menjadi tegang. Meski yakin, Sutiyoso tetap berjaga-jaga dengan mengokang pistolnya.
Secara perlahan, Bang Yos mulai mengendalikan situasi dan dan mengajak Din Minimi serta pengikutnya berdialog. Dia memilih memuji kekuatan pasukan kombatan GAM itu sekaligus menunjukkan jika dirinya tidak gentar.
"Sempat ngomong, Din, saya hanya bertiga mana menang lawan 120 orang. Kenapa saya berani, karena saya percaya kamu, jadi kamu percaya juga. Tetapi saya tekankan akan tetap membawa senjata untuk mengingatkan jangan bertindak konyol," katanya.
Sutiyoso kemudian berdialog sepanjang malam dengan Din Minimi dan mendengarkan keluhannya sehingga memutuskan kembali mengangkat senjata. Menjelang pagi, dia kemudian akhirnya memilih menyerah dan kembali ke pangkuan NKRI.
Din Minimi kemudian memerintahkan pengikutnya untuk menyerahkan senjata api. Sedikitnya 60 pucuk senjata berbagai jenis akhirnya diserahkan melalui bupati.
"Dia sempat berat hati untuk menyerah tapi akhir memerintahkan anak buahnya menyerahkan senjata. Mereka memakai sisa senjata bekas konflik dan mungkin selundupan dari Thailand atau Filipina," katanya.
Kemampuan Sutiyoso membuat Din Minimi menyerah tanpa sebutir peluru meletus menunjukkan lulusan Akmil 1968 tersebut sebagai sosok pemberani yang berhati nurani.
“Waktu penyerahan senjata terakhir, Bang Din (Din Minimi) menangis. Dia memeluk Pak Sutiyoso dan mengatakan, ‘Pak Sutiyoso, jangan tinggalkan saya, Pak’," ujar Ketua Aceh Human Foundation (AHF) Abdul Hadi menirukan ucapan Din Minimi.
(Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews.com dengan judul : Dikepung Ratusan GAM, Nyawa Jenderal Kopassus Selamat Setelah Ucapkan Kalimat Ini)
Editor : Abriandi
Artikel Terkait