Kejam! Tentara Israel Bakar Hidup-hidup Remaja Penghapal Alquran di Gaza

Anton Suhartono
Tentara Israel menyerang tenda pengungsian di Rumah Sakit Syuhada Al Aqsa, (foto: ilustrasi/reuters)

GAZA, iNewsKutai.id - Kekejaman tentara Israel di Jalur Gaza, Palestina makin tidak manusiawi. Empat orang tewas terbakar hidup-hidup dalam serangan ke tenda pengungsian di Rumah Sakit Syuhada Al Aqsa, Senin (14/10/2024).

Salah seorang di antaranya adalah Shaban Al Dalou, mahasiswa ilmu komputer dengan spesialisasi software berusia 19 tahun. Shaban yang merupakan penghapal Alquran tinggal di tenda di halaman RS Syuhada Al Aqsa, Deir Al Balah, Gaza Tengah, sebagai pengungsi.

Shaban terbakar hidup-hidup di dalam tenda setelah jet tempur Zionis menembakkan rudal ke lokasi pengungsiannya. Tidak hanya Shaban, ibunya juga terluka dalam serangan tersebut.

Shaban Al Dalo tewas terbakar hidup-hidup akibat serangan tentara Israel di Gaza. (foto: ist)

Keduanya sempat menjalani perawatan di rumah sakit dalam kondisi luka bakar yang parah, namun mereka tak bisa diselamatkan. Sebelum meninggal dibom Israel, Shaban sempat membuat video yang menggambarkan penderitaan keluarganya di pengungsian untuk menghindari serangan Israel.

Dalam video terakhirnya, Shaban berbicara tentang kenyataan hidup di Gaza, seperti sebuah firasat mengenai akhir kehidupannya.

“Tidak ada tempat yang aman di Gaza,” kata Shaban seperti dilaporkan Al Jazeera.

Shaban juga menceritakan sulitnya mendapatkan makanan karena tentara Israel menutup akses Gaza bagian tengah dengan wilayah lainnya. 

"Kami melihat begitu banyak korban luka, banyak anak-anak sangat membutuhkan darah. Kami hanya ingin gencatan senjata dan tragedi ini berakhir," ucap Shaban, dalam video.

Dia menambahkan orang tua, dua adik perempuan, dan dua adik laki-lakinya telah mengungsi lima kali sebelum akhirnya tinggal di halaman RS Al Aqsa. Namun, mereka justru menjadi sasaran serangan rudal Zionis. 

Ayah Shaban, Ahmad Al Dalou mengaku istri dan anaknya tidak sempat keluar dari tenda yang terbakar. Dia menyaksikan api membakar anak-anaknya. 

Ahmad mengatakan, Shaban pernah mengatakan ingin belajar di luar negeri untuk menjadi dokter. Namun keinginan putra sulungnya itu ditolak karena ingin dia tetap berada di Gaza membantu keluarga.

Shaban patuh dan tekun belajar serta menjadi hafiz Alquran atau menghafal seluruh Alquran. 

“Dia sangat mencintai ibunya. Sekarang, dia telah menjadi syahid di pelukan ibunya. Kami mengubur mereka dalam kondisi berpelukan satu sama lain," ujarnya.

artikel ini telah tayang di inews.id

Editor : Abriandi

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network