BALIKPAPAN, iNewsKutai.id - Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Balikpapan menyatakan tulisan nyinyir rektor Prof Budi Santosa Purwakartiko di media sosial merupakan pendapat pribadi. Hal tersebut tidak ada hubungannya dengan institusi.
"Kami informasikan bahwa, tulisan Prof Budi Santosa Purwakartiko tersebut merupakan tulisan pribadi dan tidak ada hubungannya dengan jabatan beliau sebagai rektor ITK," tulis ITK dalam pernyataannya dikutip iNews Kutai, Rabu (3/5/2022).
Karena itu, pihak rektorat ITK meminta agar pemberitaan terkait tulisan yang viral di media sosial itu tidak dikaitkan dengan institusi ITK yang merupakan lembaga akademik.
Sebelumnya, tulisan Budi Santosa Purwokartiko viral karena menyebut hijab sebagai penutup kepala ala manusia gurun. Tulisan tersebut diunggah di akun Facebook pribadinya pada 27 April 2022 pukul 06:18 WITA.
Namun, akun Facebook Budi Santosa Purwokartiko kini sudah hilang dan tidak bisa diakses. Meski demikian, tulisan tersebut sempat di-capture sejumlah pihak. Salah satunya adalah akun twitter @berlianidris yang mencuitkan tulisan yang berpotensi menyinggung SARA tersebut.
"Bahaya banget ini, stigma SARA dilontarkan oleh seorang akademisi yang seharusnya bisa berpikir jernih. Apakah misalnya istri wapres Ma'ruf Amin yang menutup kepalanya juga manusia gurun," cuit @berlianidris sambil memention akun twitter Wapres @kiayi_MarufAmin dikutip iNews Kutai, Sabtu (30/4/2022).
Sekadar diketahui, Institut Teknologi Kalimantan adalah perguruan tinggi negeri yang diresmikan pendiriannya pada 6 Oktober 2014 oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Kampus ITK berada di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.
Berikut ini isi tulisan Prof. Ir. Budi Santosa Purwokartiko yang menuai sorotan :
Saya berkesempatan mewawancara beberapa mahasiswa yang ikut mobilitas mahasiswa ke luar negeri. Program Dikti yang dibiayai LPDP ini banyak mendapat perhatian dari para mahasiswa. Mereka adalah anak-anak pinter yang punya kemampuan luar biasa.
Jika diplot dalam distribusi normal, mereka mungkin termasuk 2,5% sisi kanan populasi mahasiswa. Tidak satu pun saya mendapatkan mereka ini hobi demo. Yang ada adalah mahasiswa dengan IP yang luar biasa tinggi di atas 3.5 bahkan beberapa 3.8 dan 3.9. Bahasa Inggris mereka cas cis cus dengan nilai IELTS 8 , 8.5 bahkan 9.
Duolingo bisa mencapai 140, 145 bahkan ada yang 150 (padahal syarat minimum 100). Luar biasa. Mereka juga aktif di organisasi kemahasiswaan (profesional), sosial kemasyarakatan dan asisten lab atau asisten dosen.
Mereka bicara tentang hal-hal yang membumi: apa cita-citanya, minatnya, usaha2 untuk mendukung cita2nya, apa kontribusi untuk masyarakat dan bangsanya, nasionalisme dsb. Tidak bicara soal langit atau kehidupan sesudah mati.
Pilihan kata2nya juga jauh dari kata2 langit:insaallah, barakallah, syiar, qadarullah, dsb. Generasi ini merupakan bonus demografi yang akan mengisi posisi2 di BUMN, lembaga pemerintah, dunia pendidikan, sektor swasta beberapa tahun mendatang.
Dan kebetulan dari 16 yang saya harus wawancara, hanya ada 2 cowok dan sisanya cewek. Dari 14,, ada 2 tidak hadir. Jadi 12 mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun.
Otaknya benar2 openmind. Mereka mencari Tuhan ke negara2 maju seperti Korea, Eropa barat dan US, bukan ke negara yang orang2nya pandai bercerita tanpa karya teknologi.
Editor : Abriandi
Artikel Terkait