TEL AVIV, iNewsKutai.id - Israel kembali menggelar operasi militer di Jalur Gaza. Invasi ini diklaim ditujukan untuk memerangi kelompok Jihad Islam yang disebut Israel sebagai kelompok proksi Iran di Palestina.
Perdana Menteri Israel Yair Lapid, dalam pidato pada Jumat (5/8/2022) malam menyatakan, operasi yang diberi nama Breaking Dawn itu akan berlangsung lama. Ini yang menjadi alasan sehingga pemerintah Zionis memanggil 25.000 tentara cadangannnya.
Jet-jet tempur Israel menembakkan rudal ke gedung apartemen di Gaza pada Jumat, menewaskan 10 orang dan melukai 55 lainnya.
Hal senada disampaikan Juru Bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Ron Kochav dalam wawancara dengan Channel 12, operasi melawan Jihad Islam akan memakan waktu panjang.
Sementara itu Menteri Pertahanan (Menhan) Israel Benny Gantz menghubungi rekannya dari Amerika Serikat (AS), Lloyd Austin, pada Jumat malam. Dia memberikan penjelasan mengenai tujuan serangan jet-jet tempur ke Gaza. Serangan itu menewaskan komandan senior Jihad Islam Tayseer Al Jaabari.
"Menteri Gantz menegaskan Pemerintah Israel berusaha membela warganya dan akan menjalankan operasi secara tegas dan presisi semaksimal mungkin melawan operasi teror dan infrastruktur untuk mencapai tujuannya," bunyi pernyataan Kemhan Israel.
Gantz sebelumnya juga mengumumkan pemanggilan terhadap sekitar 25.000 tentara cadangan sebagai persiapan jika eskalasi terus meningkat. Serangan itu menyebabkan banyak warga sipil yang menjadi korban.
Para pejabat Palestina mengatakan setidaknya 10 warga sipil tewas, termasuk seorang anak perempuan berusia 5 tahun. Sebagai pembalasan, Jihad Islam menembakkan puluhan roket ke Israel seraya memperingatkan serangan-serangan berikutnya akan menyusul.
Serangan bahkan ditujukan ke Tel Aviv yang jaraknya cukup jauh. Raungan sirene peringatan serangan udara terdengar di seluruh bagian selatan dan tengah Israel selama beberapa jam.
Editor : Abriandi
Artikel Terkait