TEHERAN, iNewsKutai.id - Seorang remaja putri di Iran, Asra Panahi (16) tewas dipukuli aparat gegara menolak menyanyikan lagu dukungan kepada rezim Teheran di dalam kelas.
Aparat keamanan kemudian memukulinya bersama sejumlah teman-temannya. Dilansir Arab News, Selasa (18/10/2022), aksi kekerasan itu terjadi setelah Sekolah Menengah Perempuan Shahed di Ardabil digerebek pada 13 Oktober, di tengah protes nasional atas kematian seorang wanita oleh Polisi Moral Iran.
Dewan Koordinasi Asosiasi Guru Iran menyebutkan, beberapa siswi dibawa ke rumah sakit dan beberapa ditangkap. Panahi diperkirakan meninggal karena luka-lukanya.
Tindakan keras terhadap pengunjuk rasa brutal, termasuk penggerebekan di sekolah-sekolah yang menampilkan penangkapan, pemukulan, dan gas air mata, yang oleh serikat guru negara itu disebut brutal dan tidak manusiawi.
Namun, pejabat negara Iran membantah bertanggung jawab. Bahkan, seorang pria yang mengaku sebagai pamannya tiba-tiba muncul di TV pemerintah dan mengklaim jika Asra Panahi meninggal akibat kondisi jantung bawaan.
Belakangan, kaum wanita dan remaja putri di Iran menjadi sangat berani menentang rezim Teheran. Rekaman yang beredar banyak memperlihatkan kamu wanita Iran melepas jilbab mereka dan meneriakkan slogan-slogan menentang Pemimpin Spiritual Tertinggi negara itu, Ali Khamenei.
Kelompok Hak Asasi Manusia Iran mengatakan, 215 orang telah tewas dalam demonstrasi dan tindakan keras. Dari jumlah itu, 27 di antaranya adalah anak-anak.
Seorang siswi, yang diidentifikasi dengan nama samaran sebagai Naznin, mengatakan kepada surat kabar The Guardian: “Saya tidak diizinkan pergi ke sekolah karena orang tua saya mengkhawatirkan hidup saya. Tapi apa yang berubah? Rezim terus membunuh dan menangkap siswi”.
“Apa gunanya saya jika saya hanya duduk marah di rumah? Saya dan rekan-rekan mahasiswa di seluruh Iran telah memutuskan untuk memprotes di jalan-jalan minggu ini. Aku akan melakukannya, bahkan jika sekarang aku harus menyembunyikannya dari orang tuaku,” lanjutnya.
Wanita lain, yang diidentifikasi sebagai Nergis, mengatakan kepada The Guardian bahwa dia telah ditembak dengan peluru karet setelah melakukan protes setelah kematian Panahi, selain kematian dua siswi Iran lainnya, Nika Shahkarami yang berusia 17 tahun dan Sarina Esmailzadeh (16).
“Saya tidak memiliki satu pun kerabat di Ardabil,” kata Nergis, “tetapi dengan tindakan brutal terhadap saudari kita, yang baru berusia 16 tahun, mereka telah membangunkan seluruh bangsa,” lanjutnya.
(Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews.com dengan judul : Menolak Nyanyikan Lagu Dukungan pada Rezim, Siswi Iran Tewas Dipukuli Aparat)
Editor : Abriandi
Artikel Terkait