JAKARTA, iNewsKutai.id - Tradisi unik menyambut bulan Ramadan di Indonesia rutin digelar setiap tahun. Hal itu sebagai bentuk rasa syukur dipertemukan kembali dengan bulan suci dan penuh berkah bagi seluruh umat Islam.
Umumnya, tradisi ini digelar sebagai bentuk saling mendoakan dan menjadi ajang bermaafan sebelum menjalankan ibadah puasa. Selain itu, tradisi ini sebagai bentuk pelestarian budaya nusantara.
Dilansir iNews dari buku ‘Tradisi Menyambut Ramadan di Indonesia dan Dunia’ karya Yeti Nurmayati, setidaknya ada 7 tradisi unik masyarakat Indonesia dalam menyambut bulan suci Ramadan, dikutip Sabtu (11/3/2023).
Tradisi Unik Sambut Ramadan di Indonesia
1. Malamang di Sumatera Barat
Tradisi unik menyambut bulan Ramadan di Indonesia ada di Sumatera Barat. Tradisi malamang merupakan proses memasak lemang yang terbuat dari beras ketan putih dan santan yang dimasukkan ke dalam bambu.
Tradisi malamang ini tak lepas dari peran ulama asal Pariaman Syekh Burhanuddin yang saat itu melakukan perjalanan ke daerah pesisir Minangkabau untuk menyiarkan agama Islam.
Tradisi ini biasanya digelar dua hari menjelang Ramadan dan dilakukan bergotong royong. Lemang dihidangkan dengan tapai, ketan hitam/ketan merah yang difermentasi.
2. Meugang/Mak Meugang/Uroe Meugang di Aceh
Tradisi unik selanjutnya adalah meugang. Tradisi menyambut bulan Ramadan ini dilakukan dengan penyembelihan hewan (lembu atau kerbau), lalu memasak daging dan menikmati bersama keluarga, kerabat dan yatim piatu.
Selain kerbau, masyarakat juga bisa menyembelih ayam dan bebek. Masyarakat Aceh biasanya melakukan masak daging di rumah lalu dibawa ke masjid untuk dibagikan ke tetangga dan warga.
Tradisi makan bersama sebelum puasa ini sudah ada saat Kerajaan Aceh, Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M). Hal ini dilakukan untuk menunjukkan rasa syukur atas kemakmuran dan rasa terima kasih kepada Rakyat Aceh.
3. Munggahan di Jawa Barat
Tradisi selanjutnya adalah Munggahan dari Jawa Barat. Masyarakat Sunda akan dengan berkumpul bersama kerabat dan makan bersama. Tujuan Munggahan adalah untuk bersilaturahmi menjelang pelaksanaan bulan suci Ramadhan agar ibadahnya lancar dan diterima Allah SWT.
4. Pacu Jalur di Riau
Tradisi unik menyambut Ramadan selanjutnya adalah Pacu Jalur di Riau. Tradisi ini dilakukan dengan mengadakan lomba dayung tradisional daerah Kuantan Singingi, Riau.
Pacu Jalur merupakan pesta rakyat yang sangat meriah. Perahu pada perlombaan pacu jalur memiliki panjang sekitar 25-40 meter dengan awak perahu sebanyak 40-60 orang.
5. Nyorog di Betawi
Selanjutnya ada Nyorog dari Betawi. Biasanya saat menjelang bulan Ramadan, umat Islam Betawi akan membagikan makanan atau bingkisan kepada saudara .
Mereka yang lebih muda akan memberikan bingkisan kepada yang lebih tua. Mereka juga meminta restu agar puasanya lancar dan berkah. Sayur gabus pucung adalah makanan khas saat acara nyorog. Tujuannya adalah mempererat tali silaturahmi.
6. Dugderan di Semarang
Dugderan adalah tradisi sebagai pertanda dimulainya bulan Ramadan oleh masyarakat Semarang, Jawa Tengah. Tradisi unik ini biasanya dilaksanakan di alun-alun depan masjid dan Kanjeng Bupati dan Imam Masjid Besar memberikan sambutan pengumuman.
Tujuan tradisi ini adalah ajakan untuk meningkatkan tali silaturahmi dan ajakan untuk meningkatkan kualitas ibadah. Serta, juga mengumpulkan seluruh lapisan masyarakat untuk bersatu dan bertegur sapa tanpa ada perbedaan.
7. Megibung di Bali
Tradisi unik menyambut Ramadan yang terakhir adalah Megibung. Ini adalah tradisi turun temurun yang diwariskan Raja Karangasem dan pertama kali dilaksanakan pada tahun 1692 Masehi.
Megibung dilakukan saat merayakan hari besar keagamaan, salah satunya di bulan suci Ramadan. Keunikan dari tradisi Megibung adalah makan bersama yang terdiri dari 4 sampai 7 orang atau lebih dalam satu wadah.
Aturan yang harus dilakukan adalah dengan mencuci tangan terlebih dulu, tidak boleh menjatuhkan makanan dari mulut ke nampan, tidak boleh mengambil makanan di tempat orang lain dan harus menunggu semua orang selesai makan.
Demikian 7 tradisi unik menyambut bulan Ramadan di Indonesia.
Editor : Abriandi
Artikel Terkait