SINGAPURA, iNews.id - Tim nasional Indonesia akan kembali melakoni leg 2 final Piala AFF 2020 kontra Thailand, Sabtu (1/1/2022). Skuad Garuda membidik kemenangan dalam laga ini meski peluang meraih gelar juara cukup tipis.
Namun, Indonesia bisa saja mengejar ketertinggalan defisit empat gol. Syaratnya, Asnawi Mangkualam dkk wajib mematikan tiga pemain yang menjadi motor serangan skuad Gajah Perang.
Pemain itu ialah Kritsada Kaman, Theerathon Bunmathan, Phitwat Sukjitthammakul yang menjadi tukang passing (operan) di bawah asuhan pelatih Alexandre Polking.
Kritsada Kaman sendiri sudah mencatatkan enam penampilan. Berposisi sebagai bek, dia menjadi orang pertama yang mengalirkan bola untuk membangun serangan dari belakang.
Menariknya, Pemain berusia 22 tahun itu menjadi yang terbanyak dalam melakukan passing meski berperan sebagai palang pintu pertahanan. Kritsada menjadi raja passing Thailand dengan catatan sudah melakukan 315 operan, dengan akurasi 82,9 persen.
Theerathon Bunmathan menjadi pemain Gajah Perang kedua dengan passing terbanyak. Bahkan, catatan itu dilakukannya sebagai seorang bek kiri. Tampil sebanyak empat laga, dia sudah mencatat 287 operan dengan 83,3 persen.
Kemudian, Phitwat Sukjitthammakul yang berposisi sebagai gelandang. Dia juga tampak tak tergantikan seusai mengemas enam penampilan dan mencatat 285 operan dengan akurasi umpan 85,6 persen.
Di luar ketiga pemain itu, Timnas Indonesia jelas harus mewaspadai sang penentu irama permainan Thailand, Chanathip Songkrasin. Dia akan menjadi orang yang dicari oleh ketiga pemain yang sudah disebutkan sebelumnya.
Pasalnya, Chanathip mampu memaksimalkan bola lewat teknik dan ketenangan yang dikonversikannya menjadi peluang mencetak gol. Pemain yang berkarier di Liga Jepang itu akan menjadi sangat berbahaya jika tak terkawal. Apalagi, pergerakan dengan bola atau tanpa bolanya sangat penuh visi.
Namun tentu saja, Shin Tae-yong pasti sudah mengetahui celah taktik Alexandre Polking. Sekuat-kuatnya Thailand, pasti memiliki kelemahan untuk dieksploitasi Egy Maulana Vikri dan kawan-kawan.
Editor : Abriandi
Artikel Terkait