Armada Tank Rusia Waspada, Militer Ukraina Terima Peluru Penghancur Baja Berbahan Uranium

Berlianto/Abriandi
Militer Ukraina telah menerima peluru penghancur baja berbahan radioaktif, depleted uranium dari Inggris. (Foto: ilustrasi/reuters)

LONDON, iNewsKutai.id - Kabar buruk bagi armada tank dan kendaraan lapis baja Rusia. Militer Ukraina dikonfirmasi telah menerima peluru penghancur baja berbahan radioaktif dari Inggris.

Peluru depleted uranium (DU) tersebut bisa menembus baja yang lazim digunakan pada tank maupun kendaraan lapis baja pengangkut pasukan. Namun, di sisi lain, peluru ini bisa menimbulkan dampak negatif ke lingkungan karena mengandung bahan radioaktif, Uranium.

Kremlin sendiri lebih khawatir dengan dampak lingkungan yang ditimbulkan ketimbang ancaman terhadap armada tank mereka. Kedubes Rusia untuk Inggris menyatakan jika pengiriman peluru DU membuktikan jika Ukraina tidak hanya menjadi bahan kampanye anti-Rusia namun juga pembuangan sampah radioaktif.

"Negara Barat menjadikan Ukraina tempat sampah radioaktif dan mereka mengerti konsekuensi serius berikutnya bagi kesehatan penduduk lokal dan lingkungan," begitu bunyi pernyataan itu seperti dikutip dari RT, Rabu (26/4/2023). 

Dilansir Sindonews, Kedubes Rusia menegaskan, pemerintah Inggris akan bertanggung jawab atas efek dari "amunisi beracun" dan tidak dapat menghindari pertanggungjawaban dengan menyerahkannya kepada pasukan Ukraina. 

Utusan Rusia untuk Inggris, Duta Besar Andrey Kelin dalam wawancara dengan RT pekan lalu memperingatkan bahwa amunisi DU akan menjadi hal yang mengerikan bagi pertanian dan rakyat Ukraina.

Residu radioaktif dapat mencemari air dan tanah negara tersebut setidaknya selama enam generasi. Hal ini menjadi berbahaya karena Ukraina dikenal sebagai salah satu eksportir utama gandum dunia.

Baik Inggris dan AS telah memperdebatkan dugaan bahaya kesehatan yang terkait dengan peluru DU yang menggunakan inti uranium untuk meningkatkan kemampuan menembus lapisan baja. Peluru ini diduga menjadi penyebab melonjaknya kanker dan cacat lahir di Irak. 

Ahli Observatorium Konflik dan Lingkungan, Doug Weir menjelaskan, amunisi uranium menghasilkan partikel beracun secara kimia dan radioaktif ketika mereka menyerang sasaran yang keras. 

Debu yang terjadi menimbulkan risiko inhalasi bagi manusia. Penelitian terbaru lainnya juga menunjukkan bahwa senjata itu merugikan kesehatan mengingat sifat kemotoksik dan radiotoksik. 

Pejabat senior Inggris, James Heappey mengklaim peluru DU berisiko kesehatan dan lingkungan yang rendah dengan merujuk pada studi pemerintah tahun 2007. Dia pun memastikan Kementerian Pertahanan Inggris tidak akan melacak di mana pasukan Ukraina menggunakan peluru DU yang dipasoknya, dan tidak berkewajiban untuk membantu upaya pembersihan setelah konflik.

Editor : Abriandi

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network