MOSKOW, iNewsKutai.id - Insiden pembakaran Alquran di Rusia membuat presiden Vladimir Putin murka. Secara khusus, Putin memerintahkan agar pelaku yang diidentifikasi bernama bernama Nikita Zhuravel dihukum di wilayah federasi yang mayoritas Muslim.
Zhuravel pun dikirim ke wilayah otonomi Republik Chechnya yang mayoritas Muslim. Ribuan orang di Chechnya sebelumnya memprotes penistaan kitab suci agama Islam itu ketika pelaku membakarnya di depan sebuah masjid di Kota Volgograd, bulan lalu.
"Pelaku akan menjalani hukumannya, seperti yang dinyatakan oleh Menteri Kehakiman di penjara yang terletak di salah satu wilayah Rusia dengan populasi mayoritas Muslim," kata Putin seperti kantor berita TASS.
Komite Investigasi Rusia menyatakan, berdasarkan hasil penyelidikan, pelaku membakar Alquran atas perintah intelijen Ukraina. Pelaku diberi imbalan 10.000 rubel atau sekitar Rp1,7 juta.
"Setelah vonis, pelaku akan dikirim untuk menjalani hukumannya di salah satu lembaga pemasyarakatan yang terletak di wilayah dengan mayoritas penduduk Muslim," kata Menteri Kehakiman Rusia Konstantin Chuichenko.
The Moscow Times melaporkan, pengacara dan aktivis telah memperingatkan jika penanganan kasus Zhuravel ke penyelidik Chechnya bisa menempatkannya pada risiko penyiksaan atau bahkan kematian.
"Pria itu dikirim ke wilayah di mana, karena keadaan kasus ini dan kekhususan wilayah tersebut, ada risiko penyiksaan yang wajar dan bahkan risiko nyawa Zhuravel," kata salah seorang pengacara Ekaterina Vanslova.
Putusan atas kasus Zhuravel belum dijatuhkan, meski situs web Caucasian Knot mengutip seorang pengacara, Galina Tarasova, yang menjelaskan bahwa menurut undang-undang, kasus pidana harus diselidiki di tempat kejahatan dilakukan.
Sebelumnya, Rusia sudah bereaksi keras atas pembakaran salinan Alquran di Stockholm, Swedia oleh politisi Antimuslim, Rasmum Paludan.
Editor : Abriandi
Artikel Terkait