TOKYO, iNewsKutai.id - Jepang diprediksi akan punah di masa depan. Bukan karena faktor peperangan atau wabah penyakit, melainkan depopulasi akibat rendahnya kelahiran.
Ancaman kepunahan itu disampaikan Masako Mori, penasihat Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida. Dia memperingatkan pemerintah mengenai risiko kepunahan jika penurunan jumlah penduduk tak segera tertangani.
Peringatan itu disampaikan mengacu pada laporan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Jepang terkait data statistik tahunan mengenai angka kematian dan tingkat kelahiran.
"Jika terus seperti ini, negara akan punah. Orang-orang yang harus menjalani proses penghilangan akan menghadapi kerugian besar. Penyakit mengerikan akan menimpa anak-anak itu," kata Mori, dikutip dari RT.
Data Kemenkes menunjukkan, jumlah orang yang meninggal dunia hampir dua kali lebih banyak dibanding bayi yang lahir, yakni 1,58 juta kematian berbanding dengan 799.728 kelahiran.
Data tersebut seakan melanjutkan tren penurunan jumlah penduduk Jepang dalam 10 tahun terakhir. Pada 2022, angka kelahiran turun di bawah 800.000 untuk pertama kalinya.
Kepunahan semakin mengancam karena penduduk Jepang terus menua, dengan usia rata-rata 49 tahun. Bahkan, jumlah penduduk berusia di atas 65 tahun lebih dari 29 persen. Hal ini menjadikan Jepang negara kedua di dunia dengan populasi tertua di bawah Monaco.
Mori mengatakan, Jepang sedang mengarah kepada kepunahan jika tren tersebut terus berlanjut. Menurutnya, penurunan populasi berarti sistem jaminan sosial akan runtuh, kekuatan industri dan ekonomi menurun.
Selain itu, tidak lagi yang akan direkrut untuk menjadi personel Pasukan Bela Diri yang melindungi kedaulatan negara. “Tidak turun bertahap, tapi langsung anjlok ke bawah,” ujarnya.
PM Kishida sebelumnya juga mengungkap kekhawatirannya soal populasi. Dia menjanjikan anggaran lebih besar untuk mendorong pasangan suami istri memiliki anak. Anggaran itu dialokasikan untuk meningkatkan tunjangan untuk anak.
Editor : Abriandi