SAMARINDA, iNewsKutai.id - Satuan Tugas (Satgas) Stunting Kalimantan Timur tampaknya harus bekerja ekstra keras. Penyebabnya, angka anak mengalami stunting pada 2022 lalu mengalami kenaikan sebesar 1,1 persen.
Kepala Dinkes Kaltim Jaya Mualimin mengungkapkan, hasil survei terbaru menunjukkan jika angka stunting pada 10 kabupaten/kota, di bawah 30 persen. Namun, dia tidak menampik adanya kenaikan sepanjang tahun lalu.
"Angka stunting mengalami kenaikan 1,1 persen. Pada 2021 terdata sebesar 22,8 persen dan tahun lalu naik menjadi 23,9 persen," jelasnya kepada Wakil Gubernur Katim Hadi Mulyadi, Senin (23/1/2023).
Menurutnya, ada empat daerah penyumbang kenaikan angka stunting yakni Kutai Barat, Balikpapan, Samarinda dan Kutai Kartanegara. Salah satu pemicunya adalah jumlah penduduk yang cukup besar.
Sedangkan tren penurunan terjadi di Berau, Kutai Timur, Bontang, Mahakam Ulu, Penajam Paser Utara dan Paser.
Jaya Mualimin menambahkan, untuk memastikan angka stunting bisa ditekan, tahun ini Satgas dan Dinkes akan memassifkan sosialisasi berkelanjutan ke daerah padat penduduk untuk memperhatikan kesehatan lingkungan dan mengedukasi masyarakat agar menjaga gizi dan pola asuh pada anak.
Sementara Hadi Mulyadi berharap agar Satgas dan Dinkes serius melakukan penanganan stunting. Apalagi, tahun ini ditargetkan angka stunting maksimal 16,8 persen. Untuk itu, Wagub Hadi berharap semua bekerja keras mengantisipasi ketika terjadi kenaikan di daerah.
"Semua harus bekerja ekstra keras agar angka stunting ini bisa ditekan serendah mungkin. Daerah-daerah yang mengalami kenaikan harus segera ditangani," katanya.
Sekadar diketahui, hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 menunjukkan bahwa terjadi penurunan angka stunting sebesar 2,8 persen dibandingkan dengan 2021. Pada 2021 lalu dilaporkan angka stunting sebesar 24,4 persen dan turun menjadi 21,6 persen.
Penurunan prevalensi stunting dipengaruhi oleh 4 masalah gizi, yakni weight faltering, underweight, gizi kurang, dan gizi buruk.
Editor : Abriandi
Artikel Terkait