Hasilnya, pada 13 Januari 1996, sembilan sandera dibebaskan di Desa Jigi, Kecamatan Tiom. Seluruhnya merupakan penduduk lokal. Namun pada 25 Januari, Daniel Koyoga, komandan operasi yang berada di bawah komando langsung Kelly Kwalik memutuskan hubungan.
Selanjutnya, pada 7 Februari 1996, ICRC mengirimkan tim untuk membantu upaya pembebasan sandera. Dalam pertemuan, ICRC meminta pembebasan sandera dengan damai namun ditolak oleh Kogoya.
Pada 29 Februari 1996, relawan ICRC berhasil menemui para sandera di sebuah gubuk di Desa Geselama. Kogoya meminta Tim Satgas untuk mempertimbangkan kemungkinan pembebasan sandera setelah berkomunikasi dengan pimpinan OPM di Papua Nugini.
Namun, bukannya melunak, selang beberapa hari kemudian, Kogoya dan Kwalik menyatakan tak akan membebaskan para sandera, kecuali pemerintah mengakui kemerdekaan Republik Papua Barat.
Di sisi lain, Prabowo Subianto secara diam-diam membentuk tim inti pembaca jejak yang terdiri atas pasukan Kopassus dan Kodam Cenderawasih. Tim yang diberi nama Kasuari seluruhnya berisi prajurit asal Papua dipimpin Serka Bayani.
Hal ini dikarenakan lokasi penyanderaan di tengah hutan. Apalagi pada 1996, TNI belum memiliki satelit, drone dan pesawat pengintai yang baik sehingga sangat sulit mendapatkan data intelijen yang mutakhir.
Bahkan, TNI juga tidak memiliki peta topografis skala 1:50.000. Yang ada hanya peta bagan yang terbuat dari tangan. Tim Kasuari lah yang menjadi ujung tombak untuk menembus belantara Papua dan mengumpulkan data intelijen.
"Menjelang waktu akhir, saya bertanya kepada tim intelijen di mana posisi komandan pasukan GPK Kelly Kwalik dan para sandera. Analisis intelijen sangat menentukan sekali karena tidak ada teknologi modern,” tulis Prabowo dikutip dari buku berjudul : 'Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto'.
Data intelijen menyebutkan jika OPM dan sandera berada di dalam salah satu dari enam titik dalam 2-3 hari. Prabowo kemudian memutuskan enam titik sesuai yang diberikan tim intelijen sebagai sasaran operasi dan diputuskan diserang menggunakan enam helikopter serbu.
Menjelang operasi dimulai, Prabowo diberi tahu oleh tim peninjau dari luar negeri yakni Inggris. Mereka menyampaikan telah berhasil menyelundupkan satu alat (beacon) pada saat mereka menitip obat-obatan, makanan dan pakaian kepada Palang Merah Internasional kepada para sandera.
Alat itu bisa memberi sinyal dan menentukan exact location. Mereka kemudian menggunakan helikopter untuk mencari sinyal beacon tersebut. Mereka lalu kembali dan memberikan titik koordinat exact location sasaran.
Setelah dicek, titik sasaran berada di suatu gunung yang tinggi. Namun, titik itu berada di luar 6 sasaran yang diberikan oleh tim intelijen sebelumnya.
Editor : Abriandi
Artikel Terkait