JAKARTA, iNewsKutai.id - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memprediksi faktor cuaca akan sangat menentukan penetapan 1 Syawal 1443 H. Musim pancaroba akan menyulitkan pengamat melihat hilal melalui metode rukyat karena potensi hujan dan mendung.
Profesor Riset Astronomi-Astrofisika, Pusat Riset Antariksa BRIN, Thomas Djamaluddin menyatakan, kriteria imkan rukyat (visibilitas hilal) Odeh pada Maghrib 1 Mei 2022 di sebagian wilayah Indonesia hilal mungkin bisa dirukyat dengan menggunakan alat optik (binokuler atau teleskop).
Namun, ada potensi perbedaan 1 Syawal 1443 H. Dia mengatakan Indonesia berada pada batas kriteria imkan rukyat, secara astronomi diprakirakan hilal sangat sulit dirukyat. Apalagi pada masa pancaroba saat ini, potensi mendung dan hujan mungkin terjadi di lokasi rukyat.
“Masih ada potensi perbedaan Idul Fitri pada 3 Mei 2022. Jadi ada potensi laporan rukyat menyatakan hilal tidak terlihat,” katanya di Jakarta, Minggu (24/4/2022).
Bila itu terjadi, kata Thomas, pengamal rukyat mungkin akan mengusulkan di sidang itsbat untuk melakukan istikmal yaitu menggenapkan Ramadan menjadi 30 hari.
“Bila sidang itsbat menerimanya, maka Idul fitri mungkin juga 3 Mei 2022. Kemungkinan lainnya, bila tetap berpegang pada istikmal, mungkin juga ada ikhbar (pengumuman) terpisah oleh ormas tertentu yang menetapkan Idul Fitri 3 Mei 2022,” katanya.
Sebelumnya, Muhammadiyah dan Persatuan Islam (Persis) yang menggunakan metode hisab atau perhitungan astronomi sudah mengumumkan jika Idul Fitri 1 Syawal 1443 H jatuh pada 2 Mei. Sebelumnya, Muhammadiyah lebih dulu melaksanakan puasa yakni pada 2 April lalu.
Editor : Abriandi
Artikel Terkait