JAKARTA, iNewsKutai.id - Gelontoran pinjaman yang diberikan pemerintah China kepada sejumlah negara di dunia menjadi boomerang. Alih-alih mampu memaksimalkan dana pinjaman, aset negara justru disita karena tidak mampu membayar utang.
Tercatat, sudah ada tiga negara yang tidak mampu mengembalikan pinjaman. Sejumlah pengamat menyebut fenomena ini sebagai ‘Jebakan Utang China’.
Beijing dianggap sengaja memberikan pinjaman ke negara lain dalam jumlah tak terbatas namun membuat kontrak yang menguntungkannya ketika negara yang berhutang tidak bisa melunasinya tepat waktu.
Akibatnya, aset-aset yang dibangun menggunakan dana pinjaman tersebut disita China sebagai ganti atas utang yang belum terbayarkan. Dirangkum dari berbagai sumber, berikut negara yang asetnya disita China karena gagal bayar utang.
1. Tajikistan
Gelontoran pinjaman yang diberikan kepada pemeritah Tajikistan sangat fantastis. Namun, beberapa di antaranya digunakan bukan untuk kepentingan produktif. Contohnya pembangunan gedung parlemen baru yang mendapat suntikan pinjaman 120 juta dolar dari total 250 juta dolar total estimasi biaya pembangunannya.
Eurasianet menyebut, beban utang China ini membuat Tajikistan membayarnya dalam bentuk aset atau barang. Sebagai contoh, pada 2016 perusahaan China TBEA mengerjakan proyek pembangkit listrik 400 megawatt di Dushanbe.
Dalam proyek ini, pemerintah Tajikistan hanya menyumbang sekitar 17,4 juta dolar untuk proyek bernilai 349 juta dolar. Sisanya dibiayai TBEA. Untuk melunasi hutang tersebut, Tajikistan memberikan konsesi kepada TBEA untuk mengembangkan tambang emas Kumarg dan Duoba Timur.
Jika tambang tersebut tidak mengandung cukup emas, maka Tajikistan akan memberikan izin pengembangan untuk aset lainnya.
Sebelumnya, pada tahun 2011 Tajikistan juga pernah menyerahkan sekitar 1.100 kilometer persegi tanah atau setara dengan 1 persen wilayah negara tersebut untuk Beijing. Hal ini dilakukan karena mereka belum bisa sepenuhnya membayar besaran utangnya ke China.
2. Sri Lanka
Sri Lanka mengalami kebangkrutan setelah gagal membayar utang luar negeri. Jika melihat ke belakang, negara ini memiliki kaitan yang cukup lekat dengan China. Di era Presiden Mahinda Rajapaksa, Sri Lanka selalu meminta pinjaman dan bantuan kepada sekutunya, yaitu China untuk berbagai proyek ambisusnya.
Dikutip dari New York Times, Senin (25/7/2022), Mahinda Rajapaksa pernah memiliki sebuah proyek pelabuhan. Selama bertahun-tahun proses konstruksinya, proyek tersebut mengalami kegagalan.
Dengan puluhan ribu kapal yang melewati jalur pelayaran tersibuk di dunia, pelabuhan Sri Lanka hanya menarik sekitar 34 kapal saja pada 2012. Alhasil, pelabuhan tersebut menjadi milik China.
Mahinda Rajapaksa harus turun dari kekuasaannya pada 2015, namun pemerintahan yang baru harus berjuang untuk membayar hutang negara peninggalannya. Dibawah tekanan China, pemerintah akhirnya menyerahkan pelabuhan dan 15.000 hektar tanah di sekitarnya selama 99 tahun.
3. Montenegro
Beralih ke Eropa, Montenegro juga pernah berurusan dengan utang China. Dikutip dari NPR, negara ini pernah memiliki proyek pembangunan jalan raya yang membentang dari Port of Bar Montenegro di Laut Adriatik ke Beograd, ibu kota negara tetangga Serbia.
Namun, siapa yang menyangka bahwa proyek ini akan mengantarkan Montenegro dalam pusaran hutang China. Pada tahun 2014, pemerintah menandatangani kerja sama dengan China Road and Bridge Corporation yang didanai Export-Import Bank of China.
Melihat dari salinan kontrak kerja sama tersebut, ada satu poin yang menunjukan apabila Montenegro tidak bisa membayarkan besaran utang tersebut tepat waktu, maka Export-Import Bank of China berhak untuk menyita tanah di negara tersebut selain milik militer atau tempat diplomatik.
Editor : Abriandi