get app
inews
Aa Text
Read Next : Gejala Infeksi Virus West Nile, Waspada Demam Disertai Mual

Penyakit Misterius Sindrom Guillain-Barre Picu Kepanikan di Amerika Latin

Selasa, 11 Juli 2023 | 15:25 WIB
header img
Penyakit misterius sindrom Guillain-Barre memicu kepanikan di Amerika Latin khususnya Peru. (foto: ilustrasi/ist)

LIMA, iNewsKutai.id - Amerika Latin meningkatkan kewaspadaan menyusul munculnya penyakit misterius sindrom Guillain-Barre (GBS). Penyakit autoimun langka ini sedang mewabah di Peru.

200 kasus telah dilaporkan dalam beberapa bulan terakhir dan memicu pemerintah setempat mengumumkan keadaan darurat. 

“Ada peningkatan signifikan jumlah pasien GBS dalam beberapa pekan terakhir yang memaksa kami mengambil tindakan untuk melindungi kesehatan dan kehidupan masyarakat,” ujar Menteri Kesehatan Peru Cesar Vasquez saat berkunjung ke National Institute of Neurological Sciences pada Sabtu (8/7/2023). 

Langkah darurat tersebut akan berlangsung selama 90 hari. Pemerintah Peru  sudah mengalokasikan lebih dari USD3 juta untuk mendapatkan obat untuk pengobatan. 

Penerapan keadaan darurat memungkinkan Pusat Pasokan Sumber Daya Kesehatan Strategis Nasional untuk membeli imunoglobulin untuk kebutuhan pengobatan pasien GBS dua tahun ke depan. 

"Seluruh wilayah sudah memiliki obat-obatan yang cukup, meskipun skema redistribusi telah dibuat untuk membantu mereka yang membutuhkan,” papar dia. 

Berdasarkan data resmi, tercatat ada182 kasus GBS di Peru. Sebanyak 31 pasien dirawat di rumah sakit dan 147 orang telah dipulangkan. Empat orang telah meninggal karena penyakit itu sejak Januari. 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut sindrom Guillain-Barre sebagai kondisi langka di mana sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang saraf tepi. 

Pasien akan kehilangan kontrol otot sementara yang disertai tidak adanya kemampuan merasakan sakit, suhu atau sentuhan. Kabar baiknya, sebagian besar pasien pulih sepenuhnya tanpa komplikasi. 

Namun, GBS mengancam nyawa jika menyerang otot dada yang membuat pasien sulit bernapas. Kondisi tersebut juga dapat membuat pasien tidak dapat berbicara atau menelan. 

Dalam kasus ekstrim seperti itu, pasien ditempatkan di unit perawatan intensif untuk pemantauan konstan. Rata-rata, 3%–5% penderita GBS akhirnya meninggal akibat komplikasi. 

Penyakit ini sering didahului oleh infeksi bakteri atau virus, atau dengan pemberian vaksin atau pembedahan. 

GBS sering terjadi terutama pada pasien virus Zika, dengan patogen diyakini sebagai pemicunya. Saat ini tidak ada obat untuk GBS, dan dokter hanya meringankan gejalanya dan mencoba mempersingkat durasi kondisi tersebut.

Editor : Abriandi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut