JAKARTA, iNewsKutai.id - Masalah kekurangan penduduk dialami sejumlah negara di dunia. Penyebabnya, warga mereka ogah berhubungan seks atau menikah hingga punya anak.
World Economic Forum melaporkan, rendahnya angka kelahiran membuat banyak negara dihuni penduduk generasi tua. Padahal, laju pertumbuhan sebuah negara ditentukan populasi generasi muda.
Akibatnya tingginya angka generasi tua, banyak negara terancam tidak produktif lagi. Salah satu penyebabnya adalah generasi muda enggan memikirkan seks.
Generasi muda menganggap menikah atau mempunyai anak hanya akan menambah beban hidup. Apalagi di tengah situasi ekonomi global yang tidak menentu.
Tidak heran, banyak negara kini terancam kekurangan penduduk akibat resesi seks. Sedikitnya ada 4 negara di dunia yang menghadapi masalah tersebut. Berikut ulasannya:
1. Jepang
Menikah menjadi hal tidak penting bagi banyak generasi muda Jepang. Mereka ogah memiliki anak. The Oriental Economist melaporkan, warga Jepang hanya melakukan hubungan seksual sebanyak 45 kali per tahun.
Namun, hanya 24% di antaranya yang mengaku senang dengan aktivitas seksual tersebut. Survei pada 2011 menunjukkan penduduk Jepang tidak memiliki kesenangan terhadap kegiatan seksual. Ini yang menyebabkan negara itu mengalami resesi seks.
"30% pria Jepang ogah melakukan hubungan seks karena capek di tempat kerja. Mereka tidak memiliki tendensi lebih untuk melakukan seks," ungkap laporan The Guardian dikutip Rabu (15/11/2023).
2. Amerika Serikat
Urutan kedua ada Amerika Serikat. Institutes for Family Studies mengungkapkan, warga AS kurang tertarik berhubungan seks terutama yang berusia di kisaran 25 hingga 34 tahun.
Kelompok ini dominan pada wanita berpendidikan. Penelitian IF Studies menunjukkan, wanita berpendidikan memilih menjomblo 4-10 tahun untuk pengembangan karier.
"Banyak perempuan cenderung lama jomblo karena mereka memprioritaskan karier ketimbang membangun keluarga," ungkap studi tersebut.
Pada kelompok pria, hanya mereka yang tidak tamat SMA memikirkan membentuk keluarga dan memiliki anak. Sementara laki-laki mapan secara pendidikan dan finansial merasa hal tersebut tidak penting.
Editor : Abriandi