get app
inews
Aa Text
Read Next : 3 Cara Cek Status Penerima Bantuan Subsidi Upah 2025, Simak Langkah Lengkapnya!

Waspada! Kasus Sifilis di Indonesia Tembus 23 Ribu, Kenali Gejala dan Cara Mencegahnya

Minggu, 15 Juni 2025 | 13:18 WIB
header img
Kemenkes mencatat hingga 2024 sebanyak 23.347 kasus sifilis ditemukan di seluruh Indonesia.(foto: ilustrasi/ist)

JAKARTA, iNewsKutai.id – Kasus infeksi sifilis di Indonesia terus menunjukkan tren peningkatan yang mengkhawatirkan. Berdasarkan data resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) per tahun 2024, tercatat sebanyak 23.347 kasus sifilis tersebar di berbagai wilayah Tanah Air.

Angka ini menjadi alarm serius, mengingat penyakit menular seksual (PMS) tersebut bisa menimbulkan komplikasi berbahaya jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Ironisnya, banyak penderita yang enggan memeriksakan diri atau bahkan tidak menyadari bahwa mereka telah terinfeksi.

Bahaya Sifilis Jika Tidak Diobati

Sifilis yang tidak mendapatkan pengobatan dini berpotensi berkembang menjadi kondisi yang sangat berbahaya. Penyakit ini dapat merusak berbagai organ tubuh seperti mata, jantung, otak, hingga sistem saraf. 

Dalam banyak kasus, sifilis stadium lanjut dapat menyebabkan kebutaan, gangguan kognitif, hingga kematian. Selain itu, sifilis juga meningkatkan risiko penularan HIV. 

“Infeksi menular seksual seperti sifilis membuka peluang masuknya virus HIV ke dalam tubuh, terutama jika tidak diobati,” ujar Kemenkes dalam pernyataan resminya, Minggu (15/6/2025).

Kenali Gejala Sifilis Sejak Dini

Penting untuk mengenali tanda-tanda awal infeksi sifilis agar pengobatan bisa dilakukan sedini mungkin. Gejala awal kerap tidak disadari karena tampak ringan atau tidak menimbulkan rasa sakit.

Berikut adalah beberapa gejala sifilis yang perlu diwaspadai:

- Luka kecil tanpa rasa sakit di area kelamin, anus, atau mulut.

- Pembengkakan kelenjar getah bening di sekitar luka.

- Ruam pada kulit, terutama di telapak tangan, wajah, atau telapak kaki.

- Demam dan nyeri otot.
 
- Rambut rontok tidak biasa.

- Kelelahan ekstrem atau sakit tenggorokan tanpa penyebab jelas.

Jika Anda merasa pernah melakukan hubungan seksual berisiko atau mengalami gejala-gejala di atas, segera lakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan. Diagnosis dini dan pengobatan dengan antibiotik seperti penisilin dapat menyembuhkan sifilis secara total.

Sifilis Bisa Menyerang Siapa Saja

Menurut Kemenkes, penting untuk memahami bahwa sifilis bukan hanya disebabkan oleh gaya hidup tertentu. Siapa pun, tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau orientasi seksual, bisa terinfeksi. 

Penularan paling umum terjadi melalui hubungan seksual tanpa pengaman, termasuk seks oral dan anal, serta melalui kontak langsung dengan luka sifilis.

Selain itu, penularan dari ibu hamil ke bayi (sifilis kongenital) juga menjadi perhatian serius. Bayi yang lahir dengan sifilis dapat mengalami cacat bawaan, kelahiran prematur, bahkan kematian.

Langkah Pencegahan Sifilis yang Efektif

Untuk mencegah penularan sifilis, langkah-langkah berikut sangat dianjurkan:

- Gunakan kondom secara benar setiap kali berhubungan seksual. Kondom berbahan lateks terbukti efektif dalam mencegah penularan sifilis dan PMS lainnya.

- Hindari berganti-ganti pasangan seksual. Hubungan monogami yang saling setia sangat menurunkan risiko infeksi.

- Lakukan skrining rutin, terutama jika Anda termasuk dalam kelompok berisiko tinggi, seperti pekerja seks, pengguna narkoba suntik, atau pria yang berhubungan seks dengan pria (MSM).

- Profilaksis pasca pajanan (PEP) menggunakan doxycycline 200 mg dalam waktu 72 jam setelah hubungan seksual berisiko dapat menurunkan risiko infeksi. Studi di San Francisco dan California Utara mencatat penurunan kasus sifilis hingga 70–73% dengan pendekatan ini.

- Edukasi dan kampanye kesadaran di sekolah, kampus, dan tempat kerja juga krusial untuk memutus mata rantai penularan.

Kemenkes RI terus menggencarkan edukasi terkait pencegahan sifilis melalui program skrining ibu hamil, layanan IMS di puskesmas, hingga kampanye kesehatan seksual berbasis komunitas. 

Pemerintah juga bekerja sama dengan organisasi internasional seperti WHO untuk memperluas akses diagnosis dan pengobatan.

“Kalau merasa pernah berisiko atau muncul gejala, jangan ragu untuk periksa ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat. Penanganan dini bisa mencegah komplikasi yang lebih serius,” imbau Kemenkes.

Editor : Abriandi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut