Sesar Meratus Picu Gempa Bumi M4,5 di Kawasan IKN Nusantara

Arif Budianto
Ilustrasi gempa bumi. (Foto: ilustrasi)

BANDUNG, iNewsKutai - Gempa bumi dengan kekuatan magnitudo 4,5 yang mengguncang kawasan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara tepatnya di Kabupaten Paser dipicu pergerakan Sesar Meratus.

Berdasarkan laporan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa bumi berpusat di darat pada koordinat 115,81° BT dan 1,94° LS, berjarak sekitar 46 km barat laut Paser.

Gempa ini cukup mengagetkan mengingat wilayah Kalimantan khususnya Kaltim termasuk daerah jarang terjadi gempa. Hal ini pula yang menjadi salah satu alasan pemiilihan kawasan tersebut sebagai ibu kota karena potensi bencana rendah.

Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono menjelaskan, lokasi pusat gempa bumi terletak di Kabupaten Paser. Berdasarkan posisi dan kedalaman, dari data BMKG, kejadian gempa bumi tersebut diakibatkan oleh aktivitas sesar aktif dan diperkirakan pada zona sesar Meratus.  

"Sesar Meratus diperkirakan terbentuk pada zaman Pra Tersier dan mengalami reaktivasi sehingga tergolong sesar aktif. Sesar ini berarah utara ke selatan," ujar Budi Lelono dalam keterangan resmi, Rabu (2/3/2022).

Budi mejelaskan, morfologi daerah terlanda guncangan gempa bumi umumnya dataran, dataran bergelombang, perbukitan, hingga terjal. Daerah tersebut pada umumnya tersusun oleh batuan berumur Pra Tersier (berupa batuan metamorf, batuan meta sedimen), batuan berumur Tersier (berupa batuan sedimen, batugamping) dan endapan Kuarter berupa endapan aluvial sungai.

"Endapan Kuarter dan batuan berumur Pra Tersier dan Tersier yang telah mengalami pelapukan pada umumnya bersifat urai, lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi," katanya.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, Budi meminta agar bangunan di Kabupaten Paser menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi guna meminimalisasi risiko kerusakan. 

"Selain itu juga harus dilengkapi dengan jalur dan tempat evakuasi kejadian gempa bumi ini diperkirakan tidak berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan (collateral hazard) yaitu retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah dan likuefaksi," pungkasnya.

Editor : Abriandi

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network