Menurut Sumardiansyah, apa yang disampaikan Emir Moeis merupakan usulan yang sah-sah saja. Apalagi, Soekarnopura dari sisi historis bisa saja digunakan apabila konteksnya diambil dari Presiden Indonesia pertama yang menginisiasi pemindahan ibu kota negara.
Tapi, dia tetap mengingatkan, bahwa nama ini berpotensi menimbulkan polemik karena secara politis dianggap lebih merepresentasikan rezim tertentu.
“Setiap pemimpin pasti ingin membangun legacy sesuai jiwa zaman yang hidup pada masanya. Kalau begini tentu seandainya dimungkinkan Presiden Jokowi pun sepertinya ingin namanya juga diabadikan sebagai nama ibu kota, misalnya saja Jokowipura?” kata dia.
Sedangkan nama Atlantis, menurut Sumardiansyah, terlalu jauh untuk bisa digunakan sebagai nama ibu kota.
“Kalau kita memahami perspektif indonesiasentris yang diusung pemerintah, maka Atlantis yg berasal dari dialog Socrates karya Plato lebih cenderung mengarah kepada mitologi Yunani,” kata dia.
“Walaupun kita juga memahami hari ini Indonesia atau Nusantara sering dikaitkan dengan mitologi bangsa atau kota Atlantis yang pernah gemilang pada masa lalu,” tambahnya.
Meski demikian, nama IKN dalam pandangan Sumardiansyah pemilihan nama Nusantara juga boleh-boleh saja. “Nusantara dalam konteks merujuk kepada kegemilangan bangsa di masa lampau. Soal penamaan selain bersifat ilmiah juga tentu tidak lepas dari konsensus yang cenderung bersifat politis,” katanya.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait