3. Gangguan Sistem Pencernaan
Masalah pada sistem pencernaan, seperti refluks asam lambung (GERD), konstipasi, atau dispepsia, bisa berhubungan dengan munculnya sakit kepala. Gangguan pencernaan dapat memengaruhi sistem saraf otonom, sehingga memicu ketegangan dan sakit kepala.
Penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara sistem pencernaan dan otak melalui poros otak-usus (gut-brain axis), yang berperan dalam respons nyeri dan inflamasi.
4. Masalah Penglihatan
Ketegangan mata akibat rabun jauh (miopia), rabun dekat (hipermetropia), atau astigmatisme dapat menyebabkan sakit kepala, terutama jika Anda sering menatap layar komputer atau gawai dalam waktu lama.
Gejala umumnya termasuk nyeri di area dahi dan pelipis, mata cepat lelah, dan kesulitan melihat dengan jelas.
5. Migrain
Migrain adalah jenis sakit kepala yang cukup parah dan sering kali disertai dengan gejala seperti mual, muntah, sensitivitas terhadap cahaya dan suara, serta gangguan penglihatan seperti munculnya aura.
Faktor pemicu migrain bisa berbeda pada setiap individu, mulai dari makanan (misalnya cokelat, keju, makanan ber-MSG), stres emosional, hingga perubahan hormon.
6. Tumor Otak
Walaupun jarang, sakit kepala yang terjadi terus-menerus dan tidak merespon pengobatan biasa bisa menjadi tanda awal tumor otak. Tumor yang berkembang menimbulkan tekanan di dalam tengkorak, menyebabkan nyeri kepala yang intens.
Tanda-tanda lainnya meliputi sakit kepala yang memburuk saat bangun pagi, gangguan berbicara, penglihatan kabur, gangguan keseimbangan, hingga kelemahan di satu sisi tubuh.
Jika mengalami gejala mencurigakan seperti ini, segera periksakan diri untuk menjalani pemeriksaan lanjutan seperti MRI atau CT scan.
Sakit kepala tidak selalu merupakan kondisi sepele. Jika muncul berulang, semakin parah, atau disertai gejala tambahan, sebaiknya jangan diabaikan.
Dengan memahami berbagai penyebab dan faktor risiko di balik sakit kepala berkepanjangan, Anda dapat mengambil langkah pencegahan dan penanganan yang tepat.
Editor : Abriandi
Artikel Terkait