JAKARTA, iNewsKutai.id – Aktivitas PMO (Pornografi, Masturbasi, dan Orgasme) berlebihan kini semakin menjadi perhatian karena dampaknya terhadap kesehatan mental dan fungsi otak.
Meski kerap dianggap sebagai kebiasaan pribadi yang tidak berbahaya, nyatanya PMO dapat memicu kerusakan pada area penting di otak, terutama bagian prefrontal cortex yang terletak di belakang dahi.
Bagian otak ini bertanggung jawab atas pengambilan keputusan, pengendalian emosi, hingga konsentrasi. Ketika seseorang terpapar terus-menerus oleh stimulasi seksual melalui PMO, otak akan memproduksi senyawa kimia seperti dopamin, oksitosin, serotonin, epinefrin, vasopresin, dan prolaktin dalam jumlah tinggi.
Kombinasi zat ini dikenal sebagai erotoksin, dan jika dilepas berulang tanpa kontrol, dapat mengganggu keseimbangan neurologis. Menurut sejumlah studi ilmiah terbaru, efek dari PMO terhadap otak memiliki pola kerusakan yang mirip dengan kecanduan narkotika.
Bahkan, penurunan volume substansi abu-abu di beberapa bagian otak telah diamati pada individu yang mengalami kecanduan konten pornografi dalam jangka panjang.
5 Ciri-Ciri Otak Mulai Rusak Akibat PMO
Berikut lima tanda utama yang menandakan adanya gangguan fungsi otak akibat kebiasaan PMO yang berlebihan:
1. Sulit Konsentrasi
Individu yang mengalami dampak PMO biasanya merasa kesulitan untuk fokus dalam waktu lama. Otak yang terbiasa menerima rangsangan tinggi menjadi kurang responsif terhadap aktivitas biasa, seperti belajar, bekerja, atau membaca. Tugas-tugas harian pun terasa membosankan dan sulit diselesaikan dengan baik.
2. Penurunan Kepercayaan Diri
Kecanduan PMO kerap diiringi dengan rasa bersalah, malu, bahkan penyesalan. Akumulasi perasaan negatif ini bisa menurunkan kepercayaan diri, memicu isolasi sosial, dan berdampak pada relasi interpersonal serta performa dalam pekerjaan atau pendidikan.
3. Gangguan Emosional
Keseimbangan kimia dalam otak yang terganggu akibat PMO dapat menyebabkan perubahan emosi yang tidak stabil. Penderitanya lebih mudah merasa cemas, tersinggung, marah, atau sedih tanpa alasan yang jelas. Dalam jangka panjang, hal ini dapat berkembang menjadi gangguan kecemasan atau depresi.
Editor : Abriandi
Artikel Terkait