Dapat Pasokan Rudal Patriot dari Amerika Serikat, Taiwan Siap Hadapi Invasi China

Berlianto
Sistem rudal Patriot Amerika Serikat. (foto: defense here)

TAIPEI, iNewsKutai.id - Taiwan makin percaya diri jika sewaktu-waktu China menginvasi negara kepulauan tersebut. Hal itu setelah Amerika Serikat menyetujui penjualan paket peralatan dan pemeliharaan senilai USD95 juta untuk sistem rudal darat-ke-udara Patriot.

Penjualan persenjataan militer ketiga sejak pemerintahan Joe Biden ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan penangkal rudal Taiwan. Ini sekaligus menjadi angin segar di tengah meningkatnya provokasi terhadap wilayah yang diklaim oleh Beijing sebagai provinsi dari China.

Kementerian Luar Negeri Taiwan mengatakan pejualan sistem rudal Patriot adalah kesepakatan kedua yang mendapat lampu hijau tahun ini, setelah DSCA memberi tahu Kongres pada Februari lalu tentang paket Patriot senilai USD100 juta untuk Kantor Perwakilan Ekonomi dan Budaya Taipei, kedutaan de facto Taiwan di Washington. 

"Langkah itu menunjukkan nilai tinggi yang diberikan pemerintah AS pada kebutuhan pertahanan Taiwan," bunyi pernyataan dari Taipei seperti dikutip dari Newsweek, Kamis (7/4/2022). 

Kementerian Luar Negeri Taiwan mengatakan penjualan senjata itu tepat waktu dan akan secara efektif meningkatkan pencegahan. "Menghadapi ekspansi dan provokasi militer China yang terus berlanjut, Taiwan harus sepenuhnya menunjukkan tekadnya yang tinggi untuk mempertahankan diri," kata Kementerian Luar Negeri Taiwan. 

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, mengutuk kesepakatan dengan Taiwan dan menuntutnya untuk ditarik. 

"Penjualan senjata sangat merusak kedaulatan dan kepentingan keamanan China, dan secara serius merusak hubungan China-AS serta perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan," katanya. 

"China akan mengambil langkah tegas dan kuat untuk secara tegas mempertahankan kedaulatan dan kepentingan keamanannya," kata Zhao. 

Angkatan bersenjata Taiwan mengoperasikan sejumlah sistem rudal Patriot terbaru yang dibuat oleh kontraktor Amerika, Raytheon Technologies. Perencana pertahanan AS telah menunjuk perang yang sedang berlangsung di Ukraina sebagai bukti bagaimana kekuatan yang lebih kecil dapat bertahan melawan musuh dengan keunggulan kuantitatif. 

Penggunaan senjata anti-pesawat dan anti-tank yang efektif di Ukraina menawarkan beberapa bukti konsep "perang asimetris", sebuah strategi militer yang akan membuat Taiwan menargetkan kerentanan dalam pasukan China alih-alih menyamai kemampuannya. 

"Penjualan yang diusulkan ini melayani kepentingan nasional, ekonomi, dan keamanan AS dengan mendukung upaya berkelanjutan penerima untuk memodernisasi angkatan bersenjatanya dan untuk mempertahankan kemampuan pertahanan yang kredibel," kata pemberitahuan Pentagon. 

“Penjualan yang diusulkan akan membantu mempertahankan kepadatan rudal penerima dan memastikan kesiapan untuk operasi udara. Penerima akan menggunakan kemampuan ini sebagai pencegah ancaman regional dan untuk memperkuat pertahanan dalam negeri,” sambung pemberitahuan itu. 

Raytheon, Lockheed Martin, dan Boeing Defense, Space and Security berada dalam daftar sanksi Beijing karena memproduksi senjata yang ditransfer AS ke Taiwan. China tidak pernah memerintah Taiwan yang demokratis, tetapi mempertahankan klaim selama puluhan tahun atas Taiwan. 

Taiwan mengatakan itu sudah menjadi negara merdeka dengan nama Republik China. Xi Jinping, yang dianggap sebagai pemimpin paling hawkish di China dalam satu generasi, telah menekankan garis Partai Komunis China bahwa mereka tidak akan pernah meninggalkan penggunaan kekuatan terhadap pulau itu.

Editor : Abriandi

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network