BERLIN, iNewsKutai.id – Jerman enggan mengirim tank dan meriam untuk membantu Ukraina. Alasannya, langkah memasok senjata berat ke negara pecahan Uni Soviet itu karena rawan memicu perang nuklir dengan Rusia.
Jerman menjadi salah satu dari sekian anggota NATO yang tak mau mengirimkan senjata berat ke Ukraina. Hal ini berbeda dengan sikap sejumlah negara seperti Inggris, Amerika Serikat dan Ceko yang memasok senjata berat untuk melawan Rusia.
Kanselir Jerman Olaf Scholz mewanti-wanti NATO untuk menghindari konfrontasi militer langsung dengan Rusia dapat menyebabkan Perang Dunia III.
Scholz dalam sebuah wawancara dengan Der Spiegel menyatakan Jerman tidak akan mengirim tank atau meriam howitzer ke Kiev karena bisa saja memicu perang nuklir antara Barat dan Rusia.
Dia mengingatkan, tidak ada pedoman atau standar baku untuk mengukur kapan Jerman dapat dianggap sebagai pihak yang terlibat dalam perang di Ukraina.
“Itulah mengapa semakin penting bahwa kita mempertimbangkan setiap langkah dengan sangat hati-hati dan berkoordinasi erat satu sama lain. Untuk menghindari eskalasi (Rusia) terhadap NATO adalah prioritas utama bagi saya,” kata Scholz.
“Konsekuensi dari kesalahan (dalam mengambil kebijakan terkait ini) akan sangat dramatis,” tuturnya.
Sebelumnya, Scholz sempat berdalih stok persenjataan Jerman sendiri terlalu sedikit untuk dikirim ke medan perang yang berat di Ukraina. Sikap tersebut membuatnya menuai kritik, baik di dalam maupun di luar negeri.
Sebagian kalangan berpendapat, pengiriman senjata berat ke Ukraina dapat membantu negara bekas Uni Soviet itu menangkis serangan Rusia.
Scholz juga membela keputusannya untuk tidak segera mengakhiri impor gas Rusia oleh Jerman, sebagai respons atas agresi militer Rusia di Ukraina.
“Saya sama sekali tidak melihat bagaimana embargo gas akan mengakhiri perang. Jika Putin (Presiden Rusia Vladimir Putin) terbuka terhadap argumen ekonomi, dia tidak akan pernah memulai perang gila ini,” kata pemimpin Jerman itu.
“Kedua, Anda bertindak seolah-olah ini tentang uang. Tapi ini tentang menghindari krisis ekonomi yang dramatis dan hilangnya jutaan pekerjaan dan pabrik yang tidak akan pernah lagi membuka pintu mereka,” ujarnya lagi.
Editor : Abriandi
Artikel Terkait