SAMARINDA, iNewsKutai.id - Prevalensi kasus Deman Berdarah Dengue alias DBD di Kalimantan Timur (Kaltim) sepanjang 2022 menunjukkan tren peningkatan. Dari 5.610 kasus yang dilaporkan, sebanyak 39 di antaranya meninggal dunia.
Kepala Dinkes Kaltim Jaya Mualimin mengungkapkan, lonjakan kasus DBD pada 2022 lalu terjadi pada periode September dengan 621 pasien dan Oktober sebanyak 656 kasus.
"Prevalensi kasus DBD sepanjang 2022 mencapai 5.610 kasus dengan 39 kematian. Jumlah ini meningkat dibanding 2021 yang tercatat hanya 2.898 kasus dengan 22 kematian,"jelas Jaya Mualimin dikutip dari laman Pemprov Kaltim, Kamis (12/1/2023).
Dari jumlah tersebut, Kota Samarinda menempati peringkat teratas kasus DBD dengan 1.636 pasien kemudian disusul Balikpapan (1.081) dan Kutai Kartanegara (843). Sementara daerah dengan prevalensi DBD paling rendah yakni Paser yang hanya mencatatkan 66 kasus dengan nol kematian.
"Peningkatan kasus ini diduga dipicu pandemi dimana masyarakat jarang beraktivitas di luar rumah termasuk membersihkan lingkungan ditambah kondisi cuaca yang tidak menentu,"ujarnya.
Menurut dia, faktor cuaca tidak bisa diabaikan dalam penularan DBD. Intensitas hujan tinggi menyebabkan genangan air yang menjadi tempat ideal bagi nyamuk Aedes Aegypti berkembang biak.
Untuk menekan angka prevalensi DBD, Mualimin mengaku jika Pemprov tengah menyiapkan kebijakan terkait kewajiban membersihkan lingkungan. Terutama penerapan pola hidup bersih dengan menerapkan 5M+1.
Mulai dari menutup tempat penampungan air, menguras bak mandi minimal dua kali dalam satu minggu, mengubur barang bekas yang dapat menampung air, menaburkan bubuk abate di tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, serta mengganti air di vas bunga. Sementara +1 adalah, menghindari gigitan nyamuk.
"Regulasinya sedang kita siapkan tetapi yang paling penting adalah menerapkan pola hidup sehat,"pungkasnya.
Editor : Abriandi