SAMARINDA, iNewsKutai.id - Pemprov Kaltim akan menggelar operasi pasar di 278 titik untuk mengantisipasi lonjakan harga bahan pokok menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2024.
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop-UKM) Kaltim Heni Purwaningsih mengatakan, operasi pasar ini menjadi bagian dari strategi pemerintah daerah untuk menjaga stabilitas harga bahan pokok dan mencegah terjadinya peningkatan inflasi yang signifikan selama musim liburan.
Langkah ini diambil untuk memastikan ketersediaan dan aksesibilitas barang konsumsi masyarakat, khususnya dalam menyambut perayaan Natal dan Tahun Baru 2024.
"Pemprov bersama pemerintah kabupaten/kota, Bulog, dan distributor mengadakan operasi pasar untuk menekan kenaikan harga bahan pokok. Total ada 278 lokasi operasi pasar,” ungkap Heni Purwaningsih dikutip dari laman Pemprov Kaltim, Minggu (17/12/2023).
Heni menjelaskan, meski harga bahan pokok masih stabil, akan tetapi masuk dalam kategori tinggi. Hal ini dipengaruhi sejumlah faktor seperti el nino, ketersediaan pasokan daerah penghasil hingga pengaruh harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Tak hanya itu, Heni juga menjelaskan masih bergantungnya Kaltim terhadap daerah luar penghasil sejumlah komoditas pangan, kondisi global termasuk konflik Ukraina-Rusia juga turut mendasari kondisi saat ini.
"Inflasi di Kaltim tinggi namun kategori menengah. Juga cenderung kurang stabil karena bergantung dari daerah penghasil. Banyak faktor yang mempengaruhi,” sambungnya.
Selain operasi pasar, sejumlah upaya lainnya pun telah dilakukan Pemprov Kaltim. Salah satunya dengan memberikan subsidi angkutan kepada para distributor pemasok bahan pokok ke Kaltim.
Upaya itu, lanjut Heni, terbukti mampu menekan kenaikan harga. Di sisi lain, pemprov dibantu Bulog juga menjalankan program stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP). Caranya dengan menjual komoditas pangan seperti beras dengan harga murah di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET).
"Hasilnya harga beras mulai menunjukkan harga yang wajar. Namun untuk mendapatkan beras ini, masyarakat dibatasi pembeliannya maksimal 10 kilogram. Tujuannya untuk belanja bijak. Tidak panic buying,” ungkapnya.
Selain beras, ada gula pasir yang mengalami kenaikan hingga 17 persen di Kalimantan termasuk di Kaltim. Namun dipastikan stoknya aman.
"Kenaikan ini karena gula kita juga disuplai yang impor dari India dan Vietnam. Di mana di dua negara tersebut sedang mengalami kritis sehingga membatasi ekspor. Jadi harganya naik," imbuhnya.
Editor : Abriandi