TENGGARONG, iNewsKutai.id - Banjir yang merendam wilayah Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu) tidak kunjung surut hingga Jumat (17/5/2024). Bahkan, banjir makin meluas hingga ke kabupaten tetangga seperti Kutai Barat dan Kutai Kartanegara (Kukar).
Di Kukar, dua kecamatan yakni Tabang dan Kembang Janggut sudah mulai merasakan dampak kenaikan permukaan air Sungai Mahakam. Kawasan permukiman air warga yang berada di bantaran sungai sudah terendam air meski belum signifikan mengganggu aktivitas warga.
Namun, dikhawatirkan ketinggian akan terus meningkat seiring intensitas hujan yang masih tinggi di hulu Sungai Mahakam. Warga di wilayah Tabang dan Kembang Janggut sudah bersiap menerima banjir kiriman dengan mengungsikan kendaraan bermotor ke tempat lebih tinggi.
Berdasarkan informasi BPBD Mahulu, air sempat menunjukkan tanda-tanda surut pada Kamis siang. Namun, hujan deras di bagian hulu membuat air sungai kembali meningkat pada sore hari.
"Intensitas hujan di hulu Mahakam itu sangat tinggi sehingga terjadi banjir susulan. Arus Sungai Mahakam juga sangat deras, riskan menggunakan trasportasi air," jelas Kepala Pelaksana BPBD Mahulu Agus Darmawan dikutip dari laman Diskominfo Kaltim, Jumat (17/5/2024).
Menurutnya, fasilitas pelayanan publik seperti rumah sakit, Kantor BPBD, beberapa OPD dan sekolah juga terendam sehingga tidak dapat beroperasi. Dia menyebut, banjir ini dipicu curah hujan yang sangat tinggi di bagian hulu Mahakam.
"Status tanggap darurat sudah diterapkan supaya bisa bergerak cepat untuk menangani bencana banjir ini, dimulai sejak tanggal 14 Mei, sampai 14 hari ke depan," ujarnya.
BPBD Mahulu telah mendirikan posko pengungsian yang dipusatkan di gereja di Kampung Ujoh Bilang, Kecamatan Long Bagun. Namun jumlah tenda di lokasi pengungsian belum cukup untuk menampung warga yang terdampak.
"Tempat pengungsian sudah tidak cukup lagi kami akan menambah dengan tenda biasa. Di area gereja juga kami akan memasang tenda umum," tuturnya.
Dia mengaku sudah menyebar personel ke daerah-daerah terdampak untuk melakukan asesmen. Menurut Agus, lokasi yang terdampak saling berjauhan satu sama lain.
"Karena kampung-kampung ini berjauhan jadi BPBD hanya bisa meng-cover sekitaran ibu kota kabupaten. Daerah lain kita serahkan ke pengurus umum masing-masing kecamatan," pungkasnya.
Editor : Abriandi