Subhanallah, Keikhlasan Mengabdi Antar Guru Honorer Bergaji Rp24.000 per Bulan Ini Tunaikan Haji 

Lukman Hakim
Ernawati, seorang guru honorer yang hanya digaji Rp24.000 per bulan akhirnya naik haji. (foto: lukman hakim)

SURABAYA, iNewsKutai.id - Perjuangan untuk bisa menunaikan ibadah haji selalu menyimpan cerita menari. Seperti yang dialami Wiwik Ernawati, seorang guru honorer yang hanya digaji Rp24.000 per bulan.

Siapa sangka, setelah menabung selama 12 tahun, dirinya kini menjadi salah satu jamaah yang mendapat undangan menjadi tamu Allah SWT di Tanah Suci Mekkah. Padahal, jika dihitung-hitung, gaji tersebut saat diangkat menjadi guru honorer pada 2008 silam, tidak akan cukup.

Jangankan untuk naik haji, memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari rasanya sangat jauh dari cukup. Pun ketika gajinya sebagai guru tidak tetap saat ini sudah naik menjadi Rp450.000 per bulan. Nilai tersebut tidak sebanding dengan pengeluarannya.

Untuk menuju sekolah saja, ibu dua anak itu harus menempuh perjalanan sekitar 40 menit mengendarai sepeda motor. 

"Setiap hari, saya harus menempuh sekitar 50 km di daerah pegunungan untuk bisa sampai di tempat saya mengajar, di daerah Pacet," tutur jamaah haji yang tergabung dalam kelompok terbang (kloter) 34 Embarkasi Surabaya ini, Rabu (29/6/2022).

Putri dari penjaga sekolah SD di daerah Mojokerto ini lantas menuturkan, ia mendaftar haji pada tahun 2011, tepat sebulan setelah melangsungkan pernikahan. Atas kesepakatan dengan suami, uang amplop pernikahan yang dia dapatkan, ditambah tabungan yang ada, dipakai membayar pendaftaran ibadah haji.

"Alhamdulillah, karena tekad saya sudah kuat, dapat uang buwuhan saya gunakan untuk daftar haji," ujarnya.

Pendapatannya yang minim tetap disisihkannya untuk menabung biaya haji. Dia kemudian membocorkan rahasianya dengan tidak mengejar finansial melainkan keberkahan dari pekerjaannya. 

Menurut wanita kelahiran Mojokerto 39 tahun silam ini, menjadi guru tidak tetap (GTT) mungkin secara finansial tidak menjanjikan tetapi dia meyakini jika keberkahan dari mengajar salah satunya bisa membawanya ke Tanah Suci. 

"Kalau dilihat dari sisi untung ruginya, mungkin ndak mau jadi GTT ya. Gaji segitu, Rp450.000 sebulan belum termasuk bensin, makan. Tetapi yang kita lihat adalah keberkahannya," tuturnya. 

Jemaah haji yang berdomisili di Dusun Mejero, Desa Jumeneng Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto ini lantas menceritakan kesehariannya. Tiap hari, ia harus membantu mengantar orang tuanya berjualan jajanan di pasar. 

"Biasanya kami berangkat dari rumah pukul 01.00 WIB dini hari dan pulang ke rumah pukul 06.00 pagi. Pagi mengajar, malam membantu orang tua jualan semua saya lakukan dengan ikhlas karena memang hidup butuh perjuangan," tuturnya. 

Dia mengungkapkan, sampai sekarang, masih banyak yang tak menyangka GTT bisa naik haji.  

"Teman-teman saya di grup WA GTT sangat bersyukur, seorang GTT seperti saya bisa naik haji. Rekan-rekan di sekolah yang PNS juga salut atas keberangkatan saya ini karena banyak yang meskipun sudah PNS tapi daftar saja belum," tuturnya.

Editor : Abriandi

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network