NUSA DUA, iNewsKutai.id - Kebangkrutan Sri Lanka akibat kegagalan mengatasi krisis ekonomi menjadi peringatan bagi negara-negara lain termasuk Indonesia. Bahkan, Indonesia masuk daftar 15 negara di Asia yang terancam mengalami resesi ekonomi.
Berdasarkan hasil survei Bloomberg yang dirilis baru-baru ini, Indonesia berada di posisi ke-14 dari 15 negara Asia yang diperkirakan mengalami resesi. Potensi resesi sebesar 3 persen memicu kekhawatiran jika Indonesia bisa bernasib seperti Sri Lanka yang mengalami krisis akibat gagal bayar utang luar negeri.
Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati percaya diri hal tersebut tidak akan terjadi. Dia menjamin Indonesia tidak akan mengalami nasib yang sama seperti Sri Lanka karena kondisi perekonomian nasional beserta indikator-indikator pendukungnya berada dalam kondisi yang baik.
Selain itu, menurutnya Indonesia memiliki resilien atau ketahanan yang baik sehingga tidak mudah jatuh ke dalam kondisi bangkrut.
Sri Mulyani menuturkan, saat ini dunia mengalami berbagai gejolak dan tekanan, khususnya dari sisi geopolitik yang kemudian berimbas ke sektor pangan dan energi kendati pandemi Covid-19 yang belum usai. Situasi ini mendorong lonjakan harga kedua komoditas tersebut dan juga memicu krisis di berbagai belahan dunia, salah satunya Sri Lanka.
"Seluruh dunia sekarang menghadapi konsekuensi dari geopolitik dalam bentuk kenaikan harga bahan-bahan makanan dan energi yang mendorong lebih tinggi lagi inflasi, setelah tadinya sudah meningkat akibat pandemi, Bahkan negara-negara maju yang biasanya mengalami deflasi sekarang mendapatkan kenaikan inflasi yang tinggi," ujar Sri Mulyani di Nusa Dua, Rabu (13/7/2022).
Dia menambahkan, ada beberapa indikator yang perlu diperhatikan. Pertama, neraca pembayaran, apakah trade account, capital account, dan cadangan devisa negara tersebut memadai dampaknya kepada nilai tukar. Tak hanya itu, ketahanan ekonomi tiap negara pun berbeda satu sama lain, apalagi belum semua negara pulih dari dampak pandemi dua tahun terakhir ini.
Meski demikian, kata Sri Mulyani Indrawati, pemerintah tetap waspada. Kondisi indikator neraca pembayaran dan APBN yang baik pun tidak serta merta membuat pemerintah menjadi terlena.
"Bukan berarti kita terlena, kita akan tetap waspada. Kita akan gunakan semua instrumen kita, berhati-hati dalam membuat kebijakan, baik itu fiscal and monetary policy di sektor keuangan dan juga regulasi yang lainnya untuk memonitor situasi," ujarnya.
Diketahui, Sri Lanka saat ini bangkrut setelah gagal mengatasi krisis ekonomi yang parah selama berbulan-bulan. Utang yang menumpuk dan ketidakmampuan membayar utang, serta cadangan devisa yang menipis menjadi beban berat bagi Sri Lanka untuk bertahan.
Editor : Abriandi
Artikel Terkait