Selain berkebun dan bertani, Sunan Bonang dan para santri mengembangkan usaha kerajinan dan pertukangan. Para santri juga menangkap ikan dan udang kecil, yang kemudian diolah menjadi terasi. Hingga kini, terasi Bonang masih dijual oleh penduduk Bonang.
Namun, masyarakat masih penasaran mengenai keberadaan pesantren Bonang yang telah lenyap tanpa bekas.
Di sekitar pesujudan Sunan Bonang, ditemukan reruntuhan batu gunung dan batu bata merah yang biasa digunakan untuk membuat candi.
Reruntuhan tersebut ditemukan dekat makam Jejeruk, Desa Bonang, yang masih berupa batu bata tebal dan besar seperti di candi Majapahit di Trowulan.
Kisah penemuan ini bermula dari seorang santri bernama Gus Syaiful yang ingin mendirikan pesantren di atas pesujudan Sunan Bonang.
Dia menemukan reruntuhan tersebut di pinggir hutan Bonang, sekitar 100 meter dari pesantren yang dibuatnya. Lokasi reruntuhan terlihat seperti bukit tertutup dedaunan.
Gus Syaiful menduga bangunan itu adalah pesantren peninggalan Sunan Bonang. Di bawah bangunan itu, dia juga melihat adanya pondasi yang masih tertimbun di bawah tanah.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait