Matah Ati, Panglima Pasukan Khusus Wanita Mangkunegaran yang Hancurkan Belanda, Begini Kisahnya!

Emanuel Yuswantoro/Rivo
Matah Ati, panglima Pasukan Khusus Wanita Mangkunegaran yang hancurkan Belanda hasil pencitraan Artificial Intelligence (AI) yang dibuat oleh akun Instagram @ainusantara. Foto: Instagram/@ainusantara

JAKARTA, iNews.id - Desain peluru bersatu dengan ledakan mesiu, memecah keheningan hutan di pesisir selatan Desa Selogiri, Wonogiri. Terdengar suara teriakan yang tercekat di tenggorokan saat butiran peluru menembus tubuh, dan pedang terhunus menebas setiap musuh.

Sesekali, terdengar suara berdengung saat anak panah melesat kencang lepas dari tali busur dan langsung menancap di dada musuh.

Pertempuran sengit di lereng bukit itu akhirnya dimenangkan oleh Pasukan Estri. Pasukan kolonial Belanda yang telah terlatih dan bersenjata lengkap diluluhlantakkan melalui serangan penuh heroik dari pasukan perempuan tersebut.

Pasukan perempuan yang dikenal dengan sebutan Pasukan Estri dari Mangkunegara dipimpin oleh seorang wanita bernama Matah Ati.

Dilansir dari puromangkunegaran.com, pertempuran sengit di kawasan hutan perbukitan Desa Selogiri yang dilakukan oleh Pasukan Estri di bawah kepemimpinan Matah Ati terjadi pada awal tahun 1700-an.

Pasukan tersebut bergabung dengan pasukan Pangeran Sambernyawa untuk bergerilya melawan kolonial Belanda. Pasukan Estri terdiri dari prajurit caping, prajurit gandewa, dan prajurit senapan.

Diceritakan dalam puromangkunegaran.com, pasukan estri yang bergabung dengan pasukan Pangeran Sambernyawa menggunakan formasi setengah lingkaran untuk mengepung pasukan Belanda. Banyak korban yang gugur, dan darah mengalir di kawasan hutan perbukitan Selogiri.

Perang besar tersebut berakhir dengan kemenangan pasukan estri yang bersekutu dengan pasukan gerilya Pangeran Sambernyawa.

Siapakah Matah Ati, Panglima Pasukan Estri? Kehebatan Pasukan Estri Mangkunegara tidak lepas dari peran Pangeran Sambernyawa yang membentuknya. Diceritakan dalam puromangkunegaran.com, Pangeran Sambernyawa mewarisi semangat Sultan Agung dalam membentuk pasukan khusus wanita tersebut.

Pasukan khusus wanita ini, yang dijelaskan dalam puromangkunegaran.com, terdiri dari perempuan desa yang dilatih keprajuritan oleh Pangeran Sambernyawa.

Pasukan khusus wanita ini memiliki panglima wanita yang sangat tangguh dan pemberani, yaitu Matah Ati.

Matah Ati adalah istri Pangeran Sambernyawa. Dalam perjuangan melawan kolonial Belanda, Matah Ati setia mendampingi Pangeran Sambernyawa di medan perang yang sangat berbahaya. Matah Ati dikenal sebagai panglima pasukan estri yang tangguh dan pemberani.

Pasukan Estri terdiri dari prajurit yang mahir dalam menyanyikan tembang-tembang Jawa dengan suara merdu, serta lincah menari dengan iringan gamelan klasik. Selain itu, mereka juga ahli dalam berperang, terampil menggunakan berbagai jenis senjata, dan sangat mematikan di medan pertempuran.

Pasukan khusus wanita ini, yang dipimpin oleh Matah Ati, merupakan prajurit setia yang selalu mengawal Pangeran Sambernyawa saat berada di medan perang, menghadapi pasukan Kompeni Belanda, hingga saat Pangeran Sambernyawa menjadi Pangeran Mangkunegara I.

Keberadaan pasukan estri ini tentu merupakan terobosan di tengah tradisi Jawa yang biasanya menempatkan wanita sebagai konco wingking, yaitu sebagai pengurus rumah tangga untuk melayani suami dan keperluan dapur.

Melalui pembentukan pasukan estri, para wanita tersebut dengan penuh keberanian tampil di garis depan pertempuran, tidak hanya piawai bertempur di medan laga dengan berbagai senjata dan ilmu kanuragan, tapi juga memiliki kemampuan berkesenian dan mengurus pekerjaan rumah tangga, serta bercocok tanam untuk bertahan hidup dalam jangka waktu panjang. Bagi prajurit wanita yang sudah berkeluarga, mereka memiliki peran ganda sebagai istri yang tetap melayani suami dan mengurus rumah, namun juga tetap menjalankan tugas keprajuritan, baik sebagai pasukan tempur, pengawal, teliksandi, maupun mata-mata.

Dalam Istana Mangkunegaran, prajurit wanita ini juga memiliki tugas menghibur tamu-tamu kerajaan, karena mereka bisa menjadi sinden, wiyogo, serta memainkan tarian bedhaya, srimpi, munggeng kelir, hingga taledhekan.

Sebagai bagian dari prajurit tempur, para wanita ini memiliki jiwa korps yang kuat. Mereka sangat setia pada teman sejawat dan sangat dihormati oleh lawan-lawannya. Pasukan Estri Ladrang Mangungkung beranggotakan 60 prajurit wanita pilihan. Mereka selalu mengendarai kuda dan memiliki senapan dan wedung, yang merupakan senjata khusus untuk para wanita. Para prajurit wanita pilihan ini juga bertugas mengawal keselamatan istri KGPAA Mangkunegara I serta para wanita keluarga Mangkunegaran.

Setelah Pangeran Sambernyawa atau KGPAA Mangkunegara I meninggal, keberadaan pasukan estri tetap dipertahankan. Pasukan khusus beranggotakan para wanita tersebut bergabung dalam pasukan yang lebih besar, yaitu Legiun Mangkunegaran yang dibentuk dan dikembangkan oleh Mangkunegara II pada tahun 1808.

Legiun Mangkunegaran mengadopsi militer Perancis secara fisik, persenjataan, taktik, dan organisasi, serta mendatangkan pelatih profesional dari Belanda, Perancis, dan Inggris untuk menggembleng prajuritnya.

Pasukan Estri Ladrang Mangungkung yang termasuk dalam Legiun Mangkunegaran terlibat dalam berbagai pertempuran, mulai dari perang Jawa tahun 1825-1830, perang Aceh tahun 1873, menumpas bajak laut di Bangka pada tahun 1919-1920, hingga melawan serangan Jepang saat pecah perang dunia kedua pada tahun 1942. Legiun Mangkunegaran tetap menjadi kekuatan pasukan militer yang modern dan kuat hingga masa kekuasaan Mangkunegara VII.

Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network