PARIS, iNewsKutai.id - Dua kandidat presiden Prancis, Marine Le Pen dan petahana Emmanuel Macron saling serang soal larangan jilbab di tempat umum. Macron menyatakan tidak ingin Prancis menjadi negara pertama yang menerapkan kebijakan kontroversial tersebut.
Di sisi lain, Le Pen menyatakan dengan terang-terangan akan melarang penggunaan hijab jika dirinya terpilih. Kandidat dari Partai Persatuan Nasional itu menjadikan jilbab sebagai bahan kampanye untuk meraup suara pada pilpres putaran kedua, 24 April nanti.
Le Pen menyatakan mengenakan jilbab di tempat umum harus dilihat sebagai bentuk pelanggaran dan pelakunya bisa dihukum oleh polisi.
"Jilbab itu dipakai oleh Islamis," kata Le Pen, dalam wawancara dengan televisi BFM TV.
Isu muslim memang menjadi salah satu topik hangat dalam pilpres Prancis. Meski hanya berjumlah sekitar 6 juta orang atau minoritas, isu seperti penggunaan jilbabs elalu menjadi perdebatan menarik para kandidat.
Le Pen menyadari jika isu ini bisa menjadi jalan pintas untuk mendapatkan simpati dari mayoritas masyarakat Prancis sehingga menjadikan jilbab sebagai bagian dari manifesto politik. Sebelumnya, Prancis telah melarang penggunaan cadar di tempat umum.
Jika Le Pen yang notabene pesaing ketat Macron membawa embel-embel simbol agama, calon petahana justru memilih menghindarinya. Macron tidak ingin isu sensitif tersebut mempengaruhi perolehan suara dari komunitas muslim yang cukup besar.
Saat berkunjung ke Kota Le Havre, Macron yang masih unggul sementara menyerang kebijakan Le Pen dengan menegaskan tak ada satu pun negara di dunia yang melarang penggunaan jilbab di tempat umum.
"Tidak ada satu negara pun di dunia yang melarang jilbab di depan umum. Apakah Anda (Le Pen) ingin menjadi yang pertama?" katanya, dikutip dari AFP, Sabtu (16/4/2022).
Dalam isu jilbab, Macron lebih membela kepentingan Muslimah ketimbang Le Pen. Meski demikian, presiden yang sempat menjadi kontroversi karena mengusulkan UU anti-Islam itu, bukan pilihan utama kelompok Muslim.
Penelitian lembaga survei Ifop mengungkap, 69 persen pemilih Muslim di putaran pertama memilih kandidat ketiga, Jean Luc Melenchon. Meraih suara yang ditinggalkan Melenchon dipandang penting bagi Macron untuk memastikan kemenangannya di putaran kedua.
Dua kelompok Muslim Prancis, Masjid Agung Paris dan Persatian Muslim Prancis, meminta umat Islam memilih Macron di putaran kedua. “Kekuatan jahat hari ini keluar dan menyerukan pengusiran umat Islam. Mari kita memilih Emmanuel Macron,” kata pemimpin Masjid Agung, Chems Eddine Hafiz, dalam pernyataan.
Editor : Abriandi