LONDON, iNewsKutai.id - Perusahaan minyak dan gas (migas) Gazprom melanjutkan langkah pengurangan pasokan gas ke Eropa sebagai respons atas rentetan sanksi yang dijatuhkan negara Barat, ke Rusia. Terbaru, Gazprom akan mengurangi kiriman gas untuk Jerman.
Situasi ini bisa menjadi bencana bagi Jerman. Negara itu terancam membeku pada musim dingin mendatang. Pasalnya, pasokan energi tidak akan mencukupi memanaskan rumah warga. Kekhawatiran ini sudah menjadi topik panas di kalangan negara Eropa mengingat 40 persen pasokan gas berasal dari Rusia.
Dalam pernyataannya Rabu (15/6/2022) lalu, Gazprom mengumumkan akan mengurangi pasokan gas ke Jerman karena masalah teknis terkait pengembalian peralatan yang dilayani Siemens Energy Jerman.
CEO Gazprom Alexei Miller menyatakan Rusia akan bermain dengan aturannya sendiri terkait pasokan gas ke negara-negara Eropa.
“Produk kami, aturan kami. Kami tidak bermain dengan aturan yang tidak kami buat,” kata Miller dalam panel diskusi, di Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg, Kamis (16/6/2022), setelah pengumuman pengurangan pasokan gas ke Jerman.
Sebelumnya, Gazprom sudah memangkas pasokan gas ke sejumlah negara seperti Finlandia, Polandia, Bulgaria, Orsted Denmark, Austria, Slovakia juga perusahaan Belanda GasTerra dan raksasa energi Shell untuk kontrak gas di Jerman. Hal itu, terkait dengan sanksi Barat yang memicu Rusia meminta pembayaran gas dengan menggunakan Rubel.
Miller mengatakan, mengatakan pengembalian peralatan di stasiun kompresor Portovaya, yang merupakan bagian dari pipa Nord Stream 1 yang membawa gas Rusia ke Jerman, telah terhambat oleh rentetan sanksi ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Karena tak ada solusi dari Jerman mengenai hal itu, Gazprom memutuskan untuk mengurangi pasokan gas, seiring dengan kendala teknis di pipa Nord Stream 1.
Namun Menteri Ekonomi Jerman, Robert Habeck, membantah hal itu dan menilai pengumuman Gazprom adalah "keputusan politik" yang dirancang untuk meresahkan kawasan Uni Eropa dan menaikkan harga gas.
Pengumuman Gazprom tersebut telah memicu kenaikan harga gas di Jerman dan Belanda. NCBC melaporkan, harga grosir gas di Belanda melonjak sebesar 9 persen selama transaksi Jumat (17/6/2022) pagi waktu setempat.
Kebijakan terbaru yang dibuat Gazprom semakin mempertegas kekhawatiran mengenai persediaan energi Uni Eropa pada musim dingin. Pekan lalu, Direktur Eksekutif IEA, Fatih Birol, memperingatkan bahwa negara-negara UE mungkin berisiko mengalami penjatahan energi selama musim dingin, jika negara-negara anggota tidak mengambil lebih banyak langkah untuk meningkatkan efisiensi energi.
Hal itu, didorong oleh risiko gangguan pasokan gas ke UE yang sekitar 40 persen dipasok Rusia. Banyak kalangan menilai jika perang Rusia-Ukraina tak segera berakhir dan sanksi Barat terus menggigit, maka tak ada harapan untuk pasokan energi dari Rusia bagi Uni Eropa.
Editor : Abriandi