MANADO, iNewsKutai.id - Refly Mambu, seorang warga Tondano tewas setelah menantang dan berduel dengan anggota TNI AD, Kopda Handrei Supit yang berdinas di Rindam XIII/Merdeka. Peristiwa itu diduga terjadi setelah korban melakukan pengadangan dan mengancam menggunakan senjata tajam.
Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) XIII/Merdeka Kolonel Inf Jhonson Sitorus menjelaskan, insiden berdarah itu bermula saat korban yang tengah mabuk mengendarai motor Nopol DB 3393 BQ di Jalan Togela Tondano, Jumat (24/6/2022) sekitar pukul 21.00 WITA.
Tiba-tiba korban mengadang mobl milik Serli Linu, isteri dari Kopda Handrei Supit. Diduga, aksi ini dilakukan lantaran korban merasa silau terkena lampu mobil.
"Tetapi Ibu Serli Linu sudah beberapa kali meminta maaf tapi tidak diindahkan, korban bahkan makin menjadi marah-marah," ujar Kapendam XIII/Merdeka Kolonel Inf Jhonson Sitorus, Kamis (7/72022).
Kopda Handrei Supit yang kebetulan mengikuti di belakang mobil mengendarai motor kemudian berupaya mendamaikan permasalahan antara istrinya dengan korban. Apalagi, dia mengetahui korban dalam pengaruh minuman keras.
Namun bukannya mereda, korban justru bertambah marah serta menantang kepada Kopda Handrei Supit untuk berkelahi. Korban diketahui sempat mengejar Kopda Handrei dengan senjata tajam sehingga terjadilah perkelahian.
"Perkelahian tersebut terjadi atas dasar pembelaan diri yang dilakukan oleh Kopda Handrei Supit karena saat kejadian telah terancam keselamatannya dimana korban saat itu dalam keterpengaruhan minuman keras dan juga membawa senjata tajam serta mengancam juga mengejar Kopda Handrei dengan sajam," kata Kolonel Inf Jhonson Sitorus.
Akibat perkelahian tersebut korban mengalami luka pada kepala bagian kiri akibat benturan benda keras. Kopda Handrei Supit kemudian sudah berupaya untuk membawa korban ke ke RSUD dr. Sam Ratulangi Tondano untuk mendapatkan perawatan medis.
"Setelah beberapa hari dirawat di Rumah Sakit, akhirnya korban meninggal dunia," ujarnya.
Kopda Handrei Supit kemudian sudah melakukan upaya damai dan menyelesaikan secara kekeluargaan dengan pihak keluarga korban dengan adanya peristiwa tersebut tetapi tidak mendapatkan titik temu, sehingga keluarga korban tetap melapor ke Pomdam XIII/Merdeka.
"Setelah satuan di mana Kopda Handrei berdinas yakni Rindam XIII/Merdeka memediasi perdamaian dengan pihak korban dan pihak keluarga korban mengetahui kejadian yang sebenarnya, akhirnya pihak keluarga korban bisa memaafkan Kopda Handrei dan mau berdamai," kata Kolonel Inf Jhonson Sitorus.
Namun klaim tersebut dibantah anak korban, Rainer Gideon Mambu. Dia menyampaikan kronologi kejadian peganiayaan ayahnya oleh aggota TNI versi keluarga lewat media sosial Facebook.
"Saya sebagai anak korban, mengklarifikasi tentang kronologi yang sebenarnya kepada masyarakat Sulawesi Utara agar masyarakat semua tidak terpengaruh dengan berita-berita hoaks yang telah beredar," katanya.
Dia menuturkan jika istri pelaku membuat silau mata ayahnya dan kendaraan memercikkan air sehingga ditegur. Namun istri pelaku tidak terima dan balik marah-marah.
Dia juga membantah ayahnya membawa samurai. "Itu hanyalah pisau yang biasa dipakai pada umumnya di kebun (kalau di bilang pisau buat potong bumbum-bumbum besar)," ujarnya.
Beberapa menit kemudian pelaku mengambil kunci bola dan langsung memukul di bagian belakang kepala ayahnya. Menurut saksi mata (pengendara motor yang lewat), ayahnya sudah tergeletak di aspal yang penuh dengan air.
"Cerita singkat, setelah kami tiba di RS Tondano, papa saya langsung dirujuk ke RS Malalayang, kami keluarga pergi ke RS Malalayang, dokter bilang mau melakukan operasi pertama. Sesudah operasi pertama, papa saya sadar dan menceritakan kronologi kejadiannya. Dan pada tanggal 3 juli 2022 pukul 10:47 papa saya meninggal dunia," ujarnya.
Editor : Abriandi