BANGKOK, iNewsKutai.id - Tindakan seorang pria asal Thailand mengonsumsi ganja berujung penyesalan seumur hidup. Gara-gara mabuk ganja, dia tersugesti memotong penisnya hingga hanya tersisa sepanjang 2 sentimeter.
Tidak tanggung-tanggung pria tersebut langsung mengonsumsi 2 gram ganja setelah sebelumnya sempat berhenti selama tiga bulan. Insiden yang terjadi Februari 2022 lalu itu terungkap dalam Journal of Medical Case Reports dari Universitas Chiang Mai, Thailand.
Pria yang identitasnya dirahasiakan tersebut telah menjadi pengguna ganja selama dua tahun. Dia mulai menghentikan kebiasaannya itu selama tiga bulan sebelum insiden memotong penisnya ketika dia merokok dua bong (setara 2 gram) ganja.
Dia mengiris organ vitalnya itu berkali-kali dan akhirnya mengguntingnya hingga putus ketika mengalami ereksi dan rasa sakit yang parah di organ tersebut sekitar dua jam setelah merokok ganja.
"Sekitar dua jam setelah merokok zat tersebut, pria itu mengalami ereksi dan rasa sakit yang parah pada penis, dan melaporkan bahwa kelenjarnya tampak terdistorsi," bunyi laporan jurnal medis tersebut.
Berusaha menghilangkan rasa sakitnya, pria itu melanjutkan untuk memotong kulit penis beberapa kali."Dan mengamputasi penisnya sepenuhnya dengan gunting," lanjut laporan jurnal tersebut.
Karena pendarahan yang dihasilkan tidak mereda setelah dua jam, pria itu dirawat di rumah sakit untuk perawatan. Dokter yang merawatnya menganggap apa yang tersisa dari penisnya sekitar 2 cm terlalu kotor dan rapuh untuk rekonstruksi.
“Psikosis yang diinduksi ganja didiagnosis karena gejala dimulai setelah penggunaan ganja, tanpa bukti penyalahgunaan zat lain,” kata para dokter, yang mencatat bahwa paparan ganja dikonfirmasi melalui tes imun urine.
Meski demikian, para dokter tersebut tidak dapat menyimpulkan bahwa rasa sakit parah yang dialami oleh pasien sebelum memutilasi dirinya adalah karena priapisme atau sensasi subjektif yang tidak biasa atau tak terduga dari paparan ganja.
“Singkatnya, psikosis yang diinduksi ganja adalah efek buruk dari ganja, yang dapat menyebabkan gangguan penilaian dan melukai diri sendiri yang tidak terduga,” tulis mereka, seperti dikutip kembali dari Sputniknews, Kamis (28/7/2022).
Editor : Abriandi