SAMARINDA, iNewsKutai.id - Laju inflasi di Kalimantan Timur semakin mengkhawatirkan. Meski di bawah nasional atau 4,5 persen, namun hal itu dinilai menjadi lampu kuning bagi pemerintah daerah.
Penjabat Sekretaris Daerah (Sekda) Kaltim Riza Indra Riadi mengungkapkan, tingkat inflasi Kaltim hingga akhir Agustus mencapai 4,9 persen. Angka tersebut menurutnya cukup mengkhawatirkan pemerintah daerah.
"Ini kita sudah lampu kuning, sebab tingkat inflasi kita mendekati 5 persen," ungkap Riza dikutip dari laman Pemprov Kaltim, Sabtu (3/9/2022).
Riza memaparkan, tingkat inflasi tersebut sangat dipengaruhi harga bahan pangan. Pasalnya, saat ini ada 12 bahan pokok Kaltim yang dipasok dari luar daerah seperti Sulawesi, Jawa, dan Kalimantan Selatan.
Menurut dia, untuk bisa mengendalikan inflasi, pemerintah harus menjaga alur distribusi agar pasokan tetap tersedia. Karena itu, Pemprov Kaltim terus melakukan langkah-langkah dan kebijakan agar suplai komoditi pangan dari daerah produksi tetap stabil sehingga harga dan stok juga tetap terjaga.
"Itu yang bisa menjaga stabilitas pangan, baik harga maupun ketersediaan (stok) sehingga tingkat inflasi rendah dan tetap terjaga stabil," jelasnya.
Selain itu, Pemerintah Provinsi Kaltim selalu berkoordinasi dengan kabupaten dan kota melalui instansi terkait intensif monitoring di tingkat lapang, terutama pengawasan dan evaluasi harga serta stok di pasar-pasar, sehingga siap melakukan operasi pasar jika diperlukan.
"Bentuk intervensi pemerintah kalau harga kebutuhan pokok terjadi lonjakan yang membuat resah masyarakat, sekaligus mencegah meningginya tingkat inflasi," pungkasnya.
Editor : Abriandi