JAKARTA, iNewsKutai.id - Harga makanan dan minuman diperkirakan akan kembali naik pada akhir tahun ini atau awal 2024. Hal itu dipicu kenaikan harga gula.
Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), Adhi S Lukman mengungkapkan, pihaknya sudah ancang-ancang melakukan penyesuaian harga akhir tahun ini.
Menurut Adhi, bagi industri besar, bukan hal mudah untuk menaikkan harga makanan dan minuman karena butuh proses panjang. Mereka harus berkomunikasi ulang dengan para distributor di daerah.
Apalagi, saat ini produk makanan minuman dari industri menengah belum mengalami perubahan.
"Industri menengah besar belum bergerak dan memang menaikkan harga tidak semudah yang kita bayangkan. Butuh pembicaraan panjang dengan distributor dan retail, itu membutuhkan waktu," jelasnya Kantor Kemenperin, Selasa (18/7/2023).
Adhi memaparkan, penyesuaian harga ini terkait kenaikan harga gula yang merupakan dampak langsung el-nino atau kekeringan panjang. Kekurangan air mempengaruhi sektor pertanian termasuk petani tebu.
Akibat kekeringan panjang, produktivitas tebu terkoreksi, dan bisa memicu kenaikan harga gula.
Di sisi lain, dampak naiknya harga gula itu akan berdampak besar bagi pelaku industri kecil dan mikro.
Sebab para pelaku industri di level itu cenderung tidak memiliki stok jangka panjang terhadap bahan baku. Alhasil, ketika ada fluktuasi harga untuk bahan baku, maka mereka akan cepat merespons, daripada harus menanggung kerugian.
"Kalau saya cek memang sudah ada beberapa industri kecil yang sudah menyesuaikan harga, ada yang mengurangi size produknya, mau tidak mau ini dilakukan," ujarnya.
Bappenas sebelumnya akan menaikan Harga Pokok Penjualan (HPP) gula petani dan harga acuan penjualan (HAP) gula di tingkat konsumen. HPP gula petani akan naik Rp1.000/kg dari sebelumnya Rp11.500 menjadi Rp12.500.
Sedangkan untuk harga gula di tingkat konsumen akan naik dari sebelumnya Rp13.500 menjadi Rp14.500 di pulau Jawa, Rp15.500/kg untuk wilayah Timur Indonesia.
Editor : Abriandi