KYIV, iNewsKutai.id - Sedikitnya 17 warga sipil tewas saat rudal menghantam pasar sarat pengunjung di Kota Kostiantynivka, Ukraina. Apesnya, rudal itu ditembakkan oleh militer Kiev dan salah sasaran.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sempat menuduh Rusia bertanggung jawab atas serangan mematikan pada 6 September 2023 tersebut. Namun, hasil investigasi New York Times menunjukkan jika misil tersebut bukan milik Rusia.
Dalam laporan yang dikutip Rabu (20/9/2023), serangan rudal yang juga melukai 32 orang lainnya adalah milik militer Ukraina. Itu merupamkan jumlah korban tertinggi sejak perang berkobar.
Dalam laporannya, NYT menyebut jika serangan tersebut adalah kegagalan sistem rudal pertahanan udara Ukraina, Buk yang justru mendarat di jantung Kostiantynivka yang ramai.
Dalam rekaman video setelah kejadian, kebakaran berkobar di gedung-gedung yang hancur dan tentara membawa kantong jenazah menjauh dari wilayah yang berada 12 mil (20 km) dari garis depan di wilayah Donetsk, Ukraina timur itu.
“Pecahan rudal, citra satelit, laporan saksi dan unggahan media sosial, menunjukkan bahwa serangan dahsyat itu adalah akibat dari penembakan rudal pertahanan udara Ukraina," tulis New York Times dalam laporannya.
Rekaman CCTV yang diteliti New York Times menunjukkan bahwa rudal itu terbang ke Kostiantynivka dari arah wilayah yang dikuasai Ukraina. Ketika suara rudal mendekat terdengar, setidaknya empat pejalan kaki tampak secara bersamaan menoleh ke arah suara.
Untuk memperkuat laporan tersebut, surat kabar Amerika Serikat itu juga merilis sebuah video yang menampilkan pantulan rudal ketika melewati dua mobil yang diparkir dan bergerak dari arah barat laut.
New York Times juga menggunakan jasa ahli penjinak bom militer independen. Hasilnya, pecahan dan kerusakan di lokasi serangan paling konsisten dengan 9M38 yang ditembakkan sistem anti-pesawat Buk mobile.
Menanggapi laporan tersebut, Dinas Keamanan Ukraina (SBU) menyatakan sedang menyelidiki insiden yang disebutnya sebagai “kejahatan perang yang dilakukan oleh Rusia”.
"Menurut penyelidikan, musuh menyerang fasilitas sipil dengan sistem S-300. Hal ini dibuktikan, dengan ditemukannya pecahan rudal di lokasi tragedi,” kata SBU dalam pernyataannya dikutip The Guardian, Rabu (20/9/2023).
Editor : Abriandi