Sejak 1990 hingga 2005, tingkat kesuburan perkawinan di antara wanita berusia 25-34 tahun menurun tajam. Hal ini berdampak pada angka tenaga kerja yang memaksa Singapura menggunakan robot.
Komentar Musk tentang kepunahan Singapura memicu reaksi di media sosial. Sebagian menyebut jika kebijakan imigrasi Singapura yang ketat berdampak terhadap penurunan populasi.
Sebagian lainnya menyoroti masalah sosial dan ekonomi yang lebih dalam yang mendasari rendahnya angka kelahiran. Faktor ini dinilai berkontribusi terhadap keengganan memiliki anak.
Selain itu, meningkatnya biaya hidup dan kekhawatiran tentang stabilitas keuangan sering disebut sebagai hambatan untuk memulai atau memperluas keluarga.
Netizen lain mengatakan Singapura tengah berjuang menghadapi biaya hidup yang meroket, dengan biaya perumahan yang melonjak ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Karena kebutuhan dasar seperti tempat tinggal dan bahan makanan semakin tidak terjangkau, banyak penduduk menunda atau menghindari untuk memulai keluarga sama sekali.
artikel ini telah tayang di sindonews.com
Editor : Abriandi