JAKARTA, iNewsKutai.id - Harga Pertamax tampaknya bakal kembali dikerek. Penyebabnya, Pertamina mengaku masih merugi meski menjual bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi tersebut pada harga Rp14.500 per liter.
Di depan anggota Komisi VI DPR RI, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengungkapkan jika pihaknya masih menjual rugi Pertamax. Sebelum adanya kenaikan harga, BBM dengan oktan 92 dipatok Rp 12.500 per liter.
"Iya secara produk, iya jual rugi (Pertamax). Namanya kita jualan, kita selalu maintain button line," kata Nicke dikutip dari live streaming kanal Youtube TV Parlemen, Jumat (9/9/2022).
Dari hitungan Pertamina, harga jual Pertamax Rp 14.500 per liter masih belum menutup biaya produksi dan distribusinya. Terlebih, kebutuhan BBM di dalamnya tak bisa dicukupi dari kilang Pertamina yang hanya memasok kebutuhan domestik sekitar 60 persen saja. Artinya, kekurangan pasokan harus diimpor dari luar.
Beberapa waktu lalu, Nicke sempat menyebutkan kalau harga keekonomian Pertamax seharusnya di kisaran Rp 17.000 per liter. Pertamina juga tidak menaikkan harga Pertamax terlalu tinggi juga karena nantinya dikhawatirkan masyarakat penggunanya akan beralih ke Pertalite.
"Karena kalau pertamax disesuaikan dengan market price, maka ini akan lebih banyak lagi yang ke Pertalite," beber Nicke.
Nicke bilang, selama ini, kerugian menjual Pertamax ditanggung Pertamina. Lain halnya dengan Solar yang masuk kategori Jenis BBM Tertentu (JBT) maupun Pertalite yang tergolong Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP).
"Pertamax selisihnya itu yang menanggung Pertamina, jadi tidak diganti pemerintah, tidak ada. Tidak masuk. JBT adalah Solar, JBKP Pertalite, untuk Pertamax itu JBU secara aturan," terang Nicke.
"JBU lain selain Pertamax itu floating price, makanya kemarin ICP turun, itu turun juga," imbuh dia.
Editor : Abriandi
Artikel Terkait