JAKARTA, iNewsKutai.id - Indonesia kekurangan 6 juta kiloliter (kl) pertalite untuk memenuhi kebutuhan hingga akhir 2023. Penyebabnya, saat ini kuota 23,05 KL yang ditetapkan pemerintah sudah hampir habis.
Berdasarkan data Pertamina Patra Niaga, konsumsi bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite sudah mendekati batas kuota. Hingga Agustus, penyaluran pertalite sudah mencapai 19,5 juta KL.
Mengacu pada konsumsi pertalite per bulan, sisa kuota 3,5 juta KL diyakini tidak akan mencukupi hingga akhir tahun 2022.
"Kita prediksi penyaluran pertalite hingga akhir tahun bisa mencapai 29 juta KL atau kelebihan kuota. Kita membutuhkan tambahan 6 juta KL dan itu menunggu keputusan pemerintah," jelas Direktur Pemasaran Regional Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra dalam diskusi publik KNPI di Jakarta, Rabu (14/9/2022).
Terkait kelebihan kuota tersebut masih alot dibahas. Dia menegaskan, jika diminta untuk menanggung kelebihan kuota tersebut, Pertamina terancam kolaps. Kondisi tersebut disebabkan oleh lonjakan konsumsi BBM subsidi yang tidak bisa ditahan walaupun pemerintah menaikkan harganya di 3 September 2022 lalu.
Ega membeberkan terdapat potensi anggaran kompensasi pemerintah kepada Pertamina melonjak Rp163 triliun. Dia menjelaskan, jika pemerintah tidak mampu membayar kepada Pertamina di tahun ini, maka akan dicatat sebagai piutang yang akan di-carry over di tahun-tahun berikutnya sesuai kemampuan keuangan negara.
"Begitu ada piutang besar pasti kami akan menanggung yang istilahnya time value of money, besaran cost atas itu per tahun bisa Rp 7 triliun, jadi tidak ngapa-ngapain kita sudah kena cost duluan, gara-gara ada piutang yang uncertainty," katanya.
Ega memastikan jika Pertamina siap untuk mencari solusi bersama atas kondisi ini, mengingat Pertamina merupakan BUMN yang 100 persen sahamnya dimiliki negara.
Editor : Abriandi
Artikel Terkait