SAMARINDA, iNewsKutai.id - International Diabetes Federation (IDF) merilis data jumlah penderita diabetes melitus tipe 2 di Indonesia sebanyak 19,5 juta orang pada tahun 2021. Lebih mengkhawatirkan, angka ini diperkirakan akan terus meningkat setiap tahunnya.
Salah satu penyebab lonjakan penderita diabetes mellitus tipe 2 adalah pola makan tinggi gula dan lemak jenuh, kurangnya aktivitas fisik, obesitas dan gaya hidup tidak sehat lainnya.
Penderita Diabetes Mellitus identik dengan kadar gula darah yang tinggi. Namun, penderita diabetes melitus juga harus mewaspadai terjadinya kadar gula darah yang menurun dibawah dari normal (hipoglikemi).
Hipoglikemia terjadi ketika kadar gula darah turun di bawah 70 mg/dL. Kondisi ini dapat disebabkan sejumlah faktor. Mulai dari kelebihan dosis insulin, konsumsi obat diabetes yang berlebihan, kurangnya asupan makanan, atau aktivitas fisik berlebihan tanpa kompensasi nutrisi yang cukup.
Bagi penderita Diabetes Mellitus Tipe 2, hipoglikemia bisa menjadi kondisi darurat medis yang berbahaya. Tanda dan gejala kondisi hipoglikemi pada penderita diabetes melitus sering kali tidak diketahui penderita karena minimnya pengetahuan tentang kondisi tersebut.
Sejumlah tanda dan gejala hipoglikemi yang muncul pada penderita DM seperti gemetar, lemas, keringat berlebihan, detak jantung cepat, pusing, pucat, sulit berkonsentrasi, pandangan kabur, pingsan atau bahkan kejang dalam kasus parah.
Selain itu, faktor resiko hipoglikemi pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 dapat terjadi jika penderita memiliki pola hidup tidak baik dan adanya penyakit penyerta selain DM tipe 2.
Faktor lainnya adalah asupan nutrisi, penggunaan obat-obatan diabetes yang tidak sesuai anjuran, usia lanjut, lama menggunaan obat- obatan terutama insulin, pengetahuan tentang kesehatan rendah, kurangnya kesadaran terhadap gejala hipoglikemi yang muncul.
Kalimantan Timur menduduki peringkat kedua dengan penderita Diabetes Mellitus terbanyak di Indonesia. Sedangkan Kota Samarinda menduduki peringkat ke 4 tertinggi penderita Diabetes Mellitus tertinggi di Kaltim dengan jumlah 1.947 kasus. Sebanyak 741 kasus di antaranya telah mengalami komplikasi.
Dari penelitian, penderitaDiabetes Mellitus di Kota Samarinda menyatakan tidak tahu tentang gejala hipoglikemi yang mereka alami. Sebagian besar penderita DM mengalami gejala keringat berlebihan, badan terasa lemas dan gemetar, pandangan mata kabur, dan penurunan kesadaran.
Tetapi gejala awal seperti badan terasa lemas dan gemetar, dianggap sebagai kondisi yang biasa dialami karena penyakit oleh penderita. Mereka tidak menyampaikan kondisi medis tersebut hingga penderita mengalami penurunan kesadaran.
Selain itu, penderita Diabetes Mellitus terbanyak yang mengalami kondisi hipoglikemi adalah lanjut usia. Lansia merupakan faktor resiko terbanyak yang mengalami hipoglikemi pada penderita Diabetes Mellitus.
Tindakan pertolongan pertama harus segera dilakukan apabila penderita DM mengalami gejala hipoglikemi sebagai upaya penyelamatan.
Tindakan yang dapat dilakukan yakni memberikan minuman manis dengan air gula dalam jumlah terukur.
Gula yang diberikan sebanyak 15 gram (3 sendok teh/ satu sendok makan), yang dilarutkan dengan air hangat. Periksa gula darah untuk memastikan kadar glukosa kembali normal setelah 15 menit pemberian.
Jika kondisi memburuk atau tidak membaik dalam 15 menit, segera membawa penderita ke pelayanankesehatan terdekat.
Selain itu, upaya pencegahan kondisi hipoglikemi dapat dilakukan penderita Diabetes Mellitus tipe 2 dengan beberapa cara seperti rutin cek kadar gula darah; menjaga waktu dan pola makan sehat; menyesuaikan dosis obat dengan aktivitas harian dan membawa camilan manis jika sewaktu-waktu kadar gula turun.
Karena hipoglikemia bisa berakibat fatal jika tidak ditangani dengan cepat, maka sangat penting untuk tindakan pencegahan sejak awal. (*)
Penulis : Misbah Nurjannah
(Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur)
Editor : Abriandi
Artikel Terkait