PARIS, iNewsKutai.id - Situasi Eropa yang memanas akibat perang Ukraina vs Rusia tampaknya juga menjadi bahan kampanye kandidat calon presiden Prancis. Terutama dalam posisi negara tersebut sebagai anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO.
Salah satunya adalah Sekretaris Nasional Partai Komunis Prancis Fabien Roussel yang memenuhi syarat mencalonkan diri sebagai presiden. Dia menyatakan, sudah saatnya Prancis mundur sebagai anggota NATO setelah perdamaian Eropa dipulihkan.
"Kami akan mengusulkan untuk mundur dari NATO. Ketika perdamaian datang, yang sangat saya harapkan, fondasi harus diletakkan untuk sebuah organisasi baru, kerja sama baru dengan 50 negara anggota di benua Eropa ini—dari Atlantik hingga pegunungan Ural," Kata Fabien Roussel di BFM TV, yang dilansir Sputnik, Jumat (8/4/2022).
Putaran pertama pemilihan presiden Prancis akan diadakan pada 10 April, yang kedua dijadwalkan pada 24 April. Selain Roussel, 11 kandidat lainnya yang memenuhi syarat untuk mencalonkan diri sebagai presiden antara lain Macron, kandidat dari Partai Republik Valerie Pecresse, dan kandidat dari Partai Reconquete sayap kanan Eric Zemmour.
Selanjutnya, Marine Le Pen dari partai National Rally sayap kanan, politisi sayap kiri Jean-Luc Melenchon, pemimpin partai sayap kanan France Arise Nicolas Dupont-Aignan dan lainnya.
Prancis merupakan negara anggota penting NATO karena memiliki senjata nuklir. Setelah Inggris keluar dari Uni Eropa, Prancis menjadi satu-satunya anggota blok Eropa yang bersenjata nuklir.
Tak hanya itu, Prancis juga bagian dari lima anggota tetap Dewan Keamanan (DK) PBB bersama dengan Amerika Serikat (AS), Rusia, Inggris, dan China. Dengan status tersebut, Prancis juga memiliki hak veto yang sangat penting di DK PBB.
Editor : Abriandi