JAKARTA, iNewsKutai.id - Tiga pasien anak meninggal dunia saat menjalani perawatan di RSUPN Cipto Mangunkusomo Jakarta setelah terinfeksi virus hepatitis misterius, akhir April lalu.
Ini merupakan tiga dari ratusan kasus serupa yang menghebohkan Amerika, Eropa, dan Asia sejak April lalu. Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahkan menetapkan status Kejadian Luar Biasar (KLB) hepatitis misterius.
Dewan Pertimbangan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban menjelaskan, saat ini para ahli sedang menyelidiki penyebab kasusnya, termasuk di Indonesia.
“Hepatitis misterius pada anak-anak jadi bahasan hangat belakangan ini di seluruh dunia. Seratusan kasus dilaporkan, termasuk tiga anak di Indonesia yang meninggal. Apa yang sebenarnya terjadi?,” tutur dia dalam cuitannya di akun @profesorzubairi yang telah dikonfirmasi oleh MNC Portal, Selasa (3/5/2022).
Menurutnya, dari hasil pemeriksaan, sebagian ditemukan Adenovirus 41, sebagian ditemukan SARS-CoV2 (virus Corona), sebagian kombinasi dua virus itu, dan masih mungkin dipicu penyebab lain.
“Apa itu Adenovirus? Virus umum yang sebabkan berbagai penyakit: pilek, demam, sakit tenggorokan, bronkitis, pneumonia, dan diare. Adenovirus 41 belum pernah terkait dengan hepatitis, dan patogen umum ini biasanya bisa sembuh sendiri,” kata dia.
Kemudian cara mendiagnosis hepatitis misterius ini, kata Zubairi, belum diketahui tes pastinya. Namun, yang jelas ada syarat bahwa pasien harus negatif terhadap hepatitis A-E, dan dengan kadar enzim transaksi Ade lebih dari 500 unit/liter.
“Belum ada tes yang memastikan. Tapi syaratnya adalah pasien harus negatif terhadap virus hepatitis A, B, C, D, E dan dengan kadar enzim transaminase lebih dari 500 unit per liter,” ucap Zubairi.
Siapa saja yang terinfeksi, menurut Zubairi mengutip Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), rentang usia yang diidentifikasi terjangkit hepatitis misterius sejauh ini, dari bayi 1 bulan sampai remaja 16 tahun.
“Menurut WHO, rentang usia pasien yang diidentifikasi sejauh ini antara bayi berusia satu bulan hingga remaja berusia 16 tahun,” katanya.
Gejala yang dialami sebagian anak-anak adalah gastrointestinal yang kemudian diikuti penyakit kuning. Hasil tes laboratoriumnya juga menunjukkan tanda peradangan hati yang parah, serta sebagian besar anak mengalami demam.
“Sebagian besar anak-anak ini mengalami masalah gastrointestinal terlebih dahulu, diikuti penyakit kuning. Tes laboratoriumnya juga menunjukkan tanda-tanda peradangan hati parah. Sebagian besar anak tidak mengalami demam,” uja dia.
Sementara itu, soal dugaan terkait dengan vaksin Covid-19, menurut Satgas Covid-19 IDI ini, hipotesis tersebut tidak didukung data. Pasalnya, sebagian besar anak-anak yang terjangkit belum menerima vaksinasi Covid-19.
“Hipotesis ini tidak didukung data, karena sebagian besar anak-anak yang terkena hepatitis misterius ini justru belum menerima vaksinasi Covid-19,” tutup Zubair
Editor : Abriandi
Artikel Terkait