JAKARTA, iNewsKutai.id - Pembangunan infrastruktur Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara, Kaltimantan Timur akan segera dimulai Agustus mendatang.
Ibu kota baru ini akan menjadi pusat pemerintahan menggantikan Kota Jakarta. IKN Nusantara ditargetkan beroperasi penuh pada 2024 mendatang. Gedung pertama yang akan dibangun adalah Istana Negara serta fasilitas penunjang lainnya.
Meski sudah siap dibangun, masih banyak yang belum mengetahui dengan pasti alasan pemindahan ibu kota ke Kaltim. Media Portal Indonesia merangkum beberapa alasan pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan Timur sebagai berikut.
1. Populasi Pulau Jawa Terlalu Padat
Penduduk Indonesia mayoritas terkonsentrasi di Pulau Jawa. Kota Jakarta sebagai pusat ekonomi dan pemerintah yang paling terbebani dengan kepadatan penduduk. Imbasnya, kemacetan dan ketersediaan huni layak menjadi masalah.
Menurut Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015, penduduk Indonesia di Pulau Jawa sebanyak 56,56 persen. Sementara itu, di pulau lainnya hanya ada 10 persen. Inilah alasan mengapa Ibu Kota Negara harus dipindahkan ke luar Pulau Jawa.
2. Kontribusi Ekonomi pada PDB
Diakui atau tidak, ada ketimpangan ekonomi antara Pulau Jawa dan di luar Pulau Jawa. Hal itu disebabkan karena DKI Jakarta telah menjadi magnet perekonomian di Indonesia selama ini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2018, kontribusi ekonomi terhadap PDB di pulau Jawa sebesar 58,49 persen.
Hal ini juga disampaikan oleh Presiden Jokowi, "Produk domestik bruto (PDB) kita 58 persen ada juga di pulau Jawa dan lebih spesifik lagi adalah Jakarta. Sehingga magnet dari seluruh pulau ke sini, magnet dari seluruh kota itu semua ke Jakarta. Yang terjadi adalah ketimpangan perputaran ekonomi antara Jawa dan luar Jawa. Yang terjadi adalah ketimpangan infrastruktur," ungkap Jokowi.
3. Krisis Air Bersih
Krisis air bersih juga menjadi alasan mengapa pemindahan Ibu Kota Negara dilaksanakan. Berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) 2016, wilayah Jawa mengalami krisis air yang cukup parah. Ada daerah yang termasuk dalam indikator berwarna kuning yang berarti ada tekanan ketersediaan air. Bahkan, kondisi paling buruk berada di wilayah Jabodetabek dan Jawa Timur.
4. Urbanisasi
Dengan konsentrasi penduduk yang hanya terpusat di Jabodetabek, pertumbuhan urbanisasi di wilayah ini pun sangat tinggi. Pada tahun 2013, Jakarta menempati posisi ke-10 kota terpadat di dunia (UN, 2013). Posisinya meningkat menjadi ke-9 sebagai kota terpadat di dunia pada tahun 2017. Hal ini jugalah yang mendasari pemindahan Ibu Kota Negara.
5. Ancaman Bencana di Jakarta
Tingginya beban Jakarta juga mengakibatkan penurunan daya dukung lingkungan dan besarnya kerugian ekonomi seperti rawan banjir, tanah turun, dan permukaan air laut yang naik. Tak hanya itu, sekitar 50 persen wilayah Jakarta juga memiliki tingkat keamanan banjir di bawah 10 tahunan. Bahkan, wilayah Jakarta juga memiliki ancaman aktivitas Gunung Api yakni Krakatau dan Gunung Gede yang cukup tinggi sehingga potensi gempa bumi tak bisa terhindarkan dari wilayah ini.
Itulah beberapa alasan Ibu Kota Negara pindah dari Jakarta ke Kalimantan Timur. Karena beberapa alasan krusial itulah, Pemerintah memutuskan memindahkan Ibu Kota Negara setelah melakukan riset selama tiga tahun. Berdasarkan riset tersebut, lokasi paling ideal untuk Ibu Kota Negara yang baru berada di Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai, Kartanegara, provinsi Kalimantan Timur.
Editor : Abriandi