get app
inews
Aa Read Next : Hasil Babak 16 Besar Piala Dunia 2022: Portugal Menang Mudah, Maroko Singkirkan Spanyol

Trauma Bek Arema FC Asal Portugal Saksikan Koridor Stadion Kanjuruhan Penuh Darah dan Suporter Tewas

Senin, 03 Oktober 2022 | 08:49 WIB
header img
Bek Arema FC asal Portugal Sergio Silva menyaksikan insiden maut di Stadion Kanjuruhan Malang. (foto: LIB)

MALANG, iNewsKutai.id – Bek Arema FC, Sergio Silva mungkin tidak pernah membayangkan akan menjadi saksi hidup ratusan suporter tewas saat pertama kali memilih berkarir di Liga Indonesia. 

Pemain asal Portugal itu menyaksikan dengan mata kepala sendiri, koridor Stadion Kanjuruhan dipenuhi darah. Tidak sampai di situ, telinga pun mendengar jeritan kesakitan ribuan suporter saat terkurung di ruang ganti. 

Silva menceritakan, seluruh pemain Singo Edan terpaksa berlindung di ruang ganti selama berjam-jam. Keadaan makin mencekam ketika para penonton mulai berteriak. 

"Kami menghabiskan lima jam di ruang ganti, dibarikade dengan meja dan kursi untuk menahan pintu. Kami hanya merasa sedikit aman! Kami tidak mengetahui apa-apa, ada banyak kebisingan, keributan dan jeritan di koridor. Hingga sampai pada titik di mana Anda bisa mengatakan itu (teriakan) karena penderitaan,” ungkapnya dikutip dari A Bola, Senin (3/10/2022). 

Silva mengaku melihat banyak darah di koridor dan melihat langsung suporter yang sudah tidak bernyawa. 

“Banyak orang putus asa, mereka telah melihat orang mati dan mencoba melarikan diri. Kami akhirnya membiarkan beberapa dari orang-orang ini. Semua orang tewas dan terluka telah dievakuasi. Beberapa telah meninggal di dekat tempat mandi,” sambungnya. 

Defender Portugal itu mengatakan, kejadian mengerikan itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan sepak bola. Menurutnya, tragedi mengerikan di Stadion Kanjuruhan itu bukan karena rasa ketidakpuasan para pendukungnya melainkan bentrokan dengan pihak keamanan. 

“Saya hanya bisa menyebutkan skenario mengerikan, kehancuran, perang, mobil polisi terbakar, semuanya rusak, koridor dengan darah, sepatu orang-orang. Tidak ada hubungannya dengan sepak bola. Ada ketidakpuasan dengan kekalahan itu, tetapi saya pikir sebagian besar suporter bereaksi terhadap polisi, dan situasi menjadi tidak terkendali. Polisi juga akan berusaha membela diri. Situasinya sulit,” ujarnya.

Dia kemudian menceritakan situasi setelah peluit panjang dibunyikan. Menurutnya, para pemain seperti biasa ingin menghampiri suporter sebagai bentuk penghormatan atas dukungan yang diberikan kendati menelan kekalahan. 

Namun ketika banyak pendukung yang masuk ke dalam lapangan, dia dan para pemain lainnya akhirnya memilih untuk segera masuk ke ruang ganti. 

"Ini adalah derby yang sebanding dengan FC Porto-Benfica. Ini pertandingan yang membuat stadion penuh. Namun karena bisa menimbulkan risiko, kehadiran suporter Persebaya tidak diperbolehkan. Kami tidak pernah berpikir bisa sampai seperti ini,” kata Silva. 

“Meski kalah, kami akan berjalan-jalan di sekitar stadion untuk menghormati para penggemar, langkah itu terbatas pada pertemuan di tengah lapangan. Kami menerima indikasi dengan beberapa penggemar di lapangan, saya pikir banyak yang datang untuk memberi dukungan dan bukan untuk menyerang, tetapi lebih baik pergi ke ruang ganti,” lanjutnya.

(Artikel ini telah tayang di www.inews.id dengan judul : Bek Arema FC Cerita Suasana Horor usai 5 Jam Tertahan di Ruang Ganti Kanjuruhan: Penuh Jeritan dan Darah!)

Editor : Abriandi

Follow Berita iNews Kutai di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut