SAMARINDA, iNewsKutai.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim meningkatkan kewaspadaan menyusul temuan kasus polio di Aceh. Pemantauan di seluruh fasilitas kesehatan dan rumah sakit dilakukan selama 24 jam seiring dengan penetapan Kejadian Luar Biasa (KLB) polio.
Kepala Dinas Kesehatan Kaltim Jaya Mualimin memastikan sejauh ini belum ditemukan adanya suspect kasus polio. Hal ini tidak lepas dari upaya vaksinasi yang sudah di atas 75 persen. Hal ini membuat Dinkes percaya diri kasus polio tidak akan ditemukan di Kaltim.
"Temuan kasus polio di Aceh dikarenakan cakupan imunisasi yang sangat rendah di Aceh. Di Kaltim, vaksinasi anak sudah mencapai lebih dari 75 persen dan kita peringkat ke lima nasional," jelasnya dikutip dari laman Pemprov Kaltim, Kamis (1/1/2/2022).
Meski demikian, Jaya meminta seluruh stakeholder tetap waspada dan tidak lengah mengingat letak geografis Kaltim dekat dengan perbatasan negara tetangga. Menurutnya, ada beberapa negara di Asia yang belum eradikasi polio yakni Afghanistan dan Myanmar.
"Potensi masuknya polio bisa melalui pengungsi sehingga kita harus meningkatkan kewaspadaan mengingat Kaltim sangat dekat dengan perbatasan Malaysia dan Fililipina yang menjadi perlintasan pengungsi," ujarnya.
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Kaltim, dr Diane Meytha Supit menjelaskan, polio menular melalui mulut. Virus menyebar dari feses pengidap polio dan masuk ke tubuh manusia secara fekal oral atau melalui mulut.
Menurut dia, polio sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kelumpuhan permanen. Penyakit ini biasanya menyerang anak pada usia kurang dari 15 tahun. Dia menambahkan, sejauh ini belum ada obat yang bisa mengatasi lumpuh akibat polio.
"Itu alasan kenapa anak-anak perlu diimunisasi polio agar terlindung dari virus ini. Anak yang sudah diimunisasi, kemungkinannya rendah atau bisa dikatakan sedikit persentasenya yang terserang polio" pungkasnya.
Editor : Abriandi