ANKARA, iNewsKutai.id – Korban tewas akibat gempa dahsyat yang menguncang Turki, Senin (6/2/2023) dinihari diperkirakan bisa tembus puluhan ribu orang. Penyebabnya, udara yang membeku mengancam korban selamat yang masih tertimbun di bawah reruntuhan.
Suhu udara di selatan Turki yang menjadi lokasi paling parah terdampak gempa turun hingga di bawah 0 derajat celsius. Situasi ini membuat para korban diperkirakan akan sulit bertahan di tengah terbatasnya tim evakuasi.
Ancaman serupa juga dialami korban gempa yang kehilangan tempat tinggal. Suhu yang membeku di ruang terbuka tanpa perlindungan membuat para pengungsi menjadi rentan meski selamat dari gempa.
Produser Al Jazeera di Gaziantep Turki, Ahmed al-Khatib dalam laporannya menyatakan jika warga yang selamat tidak memiliki tempat berlindung dan memilih bertahan di luar gedung meski suhu udara di bawah titik beku.
"Mereka lebih suka berdiri di luar dengan cuaca di bawah nol derajat celsius, terlalu dingin. Ketika saya berbicara dengan Anda, saya gemetar,” katanya, Senin (6/2/2023) malam waktu setempat.
Sesaat setelah gempa, Turki bahkan diguyur hujan sehingga semakin menyulitkan evakuasi. Badai salju juga diprediksi masih akan terjadi setelah melanda negara itu akhir pekan lalu.
Dikutip dari iNews.id, otoritas Turki dalam laporan terbarunya menyebut jika sudah 3.700 korban tewas yang berhasil dievakuasi. Namun, ribuan orang lainnya diperkirakan masih tertimbun reruntuhan gedung yang rubuh.
Wakil Presiden Turki, Fuat Oktay mengatakan, jumlah korban tewas akibat gempa di negaranya telah meningkat menjadi 2.379 jiwa. Sementara itu lebih dari 14.483 orang terluka.
“Sebanyak 7.840 orang telah diselamatkan dari bawah puing-puing,” ungkapnya dilansir kantor berita Sputnik, Selasa (7/2/2023).
Sementara di Suriah, diperkirakan korban tewas mencapai 3.500 orang dan ribuan lainnya terluka. Jumlah tersebut diperoleh berdasarkan data dari Pemerintah Suriah dan para petugas penyelamat di wilayah barat laut yang dikuasai kelompok pemberontak.
Editor : Abriandi