BEIJING, iNewsKutai.id - Pemerintah China akan mengambil langkah ekstrem untuk mengatasi keterbatasan lahan pemakaman. Jenazah warga yang meninggal tidak akan dikubur melainkan ditenggelamkan atau dilarung ke laut.
Opsi larung ke laut ini menjadi pilihan utama selain dikremasi atau dibakar. Langkah ekstrem ini menyusul tingginya populasi penduduk lanjut usia di Negeri Panda.
Pemerintah China bahkan menawarkan hadiah uang tunai kepada warga yang memilih cara dilarung ke laut atau membakar jenazah lalu mengubur abu melalui cara yang ramah lingkungan.
Global Times melaporkan, beberapa kota di China gencar melakukan pemakaman dengan cara dilarung laut dalam dua bulan terakhir. Agar masyarakat bersedia, otoritas urusan sipil setempat menanggung biaya pemakaman dalam upaya mempromosikan praktik yang tidak biasa tersebut.
Pada 9-10 Mei lalu, Kota Hohhot, Provinsi Mongolia, menggelar pemakaman massal larung laut. Jenazah ditenggelamkan di tengah laut dan minimal 1.000 km dari pantai. Hal ini untuk memastikan jenazah tak akan mengotori pantai.
Sekadar diketahui, lahan pemakaman di China semakin langka dan sangat mahal. Setiap keluarga minimal harus mengeluarkan uang 100.000 yuan lebih (sekitar Rp215 juta) utuk sekali pemakaman.
Dalam budaya China yang memuja leluhur, pemakaman dengan cara dikubur dalam tanah dan dipasangi batu nisan dianggap penting bagi ritus terakhir seseorang.
Merawat makam merupakan cara untuk menunjukkan bakti kepada mereka yang telah meninggal. Ini biasanya terjadi pada April saat perayaan Qing Ming atau festival membersihkan makam.
Otoritas Kota Shanghai memperkirakan lahan pemakaman di kota itu akan habis dalam 15 tahun. Komisi Kesehatan Nasional China mencatat 10,41 juta kematian sepanjang 2022.
Mereka yang berusia di atas 60 tahun menyumbang 18,9 persen bagi kematian pada akhir 2021. Angka tersebut diperkirakan akan melampaui 30 persen pada 2035.
Editor : Abriandi