Hal itu dilakukan setelah AS di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump keluar dari kesepakatan. AS kemudian menjatuhkan sanksi yang memukul perekonomian Iran.
Tak gentar, Raisi juga keluar dengan melanggar poin-poin perjanjian seperti meningkatkan pengayaan uranium sampai melebihi batas yang ditentukan.
Sikap garis keras Raisi tak hanya dengan lawan di luar negeri, tapi juga dalam politik dalam negeri. Setahun setelah menjabat presiden, dia memerintahkan penegakan hukum dalam penggunaan jilbab, serta perilaku perempuan.
Puncaknya ketika seorang perempuan Kurdi, Mahsa Amini, meninggal dalam tahanan setelah ditangkap polisi moral atas tuduhan melanggar undang-undang tersebut.
Kematian itu memicu demontrasi selama beberapa bulan dan menjadi salah satu tantangan paling berat bagi penguasa Iran sejak Revolusi Islam 1979. Kelompok-kelompok HAM menyebut, demonstrasi memprotes kematian Amini menyebabkan ratusan orang tewas, termasuk puluhan personel keamanan.
Raisi juga dikenal memiliki hubungan baik dengan Rusia. Presiden Vladimir Putin bahkan menyebutnya sebagai sahabat baik Rusia. Dia memuji Raisi sebagai politikus yang luar biasa yang mengabdikan hidupnya pada negaranya.
“Sebagai sahabat sejati Rusia, dia memberikan kontribusi pribadi yang sangat berharga bagi pengembangan hubungan bertetangga yang baik antara negara kita dan melakukan upaya besar untuk membawa mereka ke tingkat kemitraan strategis,” kata Putin dalam telegram ucapan belasungkawanya.
artikel ini telah tayang di inews.id
Editor : Abriandi