Belakangan, ritual haji Bawakaraeng diduga kembali dilakukan warga sekitar gunung karena dianggap sebagai tradisi warisan leluhur.
Abu Bakar pun menegaskan jika ritual haji Gunung Bawakaraeng merupakan perbuatan sesat karena melanggar syariat yang telah ditetapkan agama. Alasannya, ibadah haji sudah ditentukan waktu, tempat dan syariat-syariatnya.
"Itu di luar syariat. Ibadah haji itu sudah ditegaskan dalam syariat dilakukan di Mekkah, waktunya juga ditentukan di Bulan Dzulhijjah dan syariatnya juga," tegasnya.
Ritual haji Bawakaraeng ini memang kerap dilakukan oleh warga sekitar Gunung Bawakareng yang mereka keramatkan. Mereka kerap melakukan ritual haji Bawakaraeng dalam jumlah besar hingga berkemah di puncak gunung.
Ritual ini disertai dengan membawa sesajian berupa makanan seperti ayam dan beras ketan. Saat menjalankan ritual, mereka mengenakan baju mirip pakaian ihram yang dikenakan jamaah haji.
Peserta ritual umumnya orang tua namun juga banyak anak muda dan anak-anak. Ada kepercayaan jika haji yang dilakukan di Tanah Suci Mekkah belum sempurna jika tidak melaksanakan ritual haji Bawakaraeng.
artikel ini telah tayang di inews.id
Editor : Abriandi